Untuk membangun negara agar tidak menjadi negara dengan kualitas sumber manusianya diremehkan oleh negara lain, untuk mengatasi itu semua perlu adanya ketahanan pada remaja
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan seorang remaja perlu memiliki sebuah ketahanan diri untuk dapat menghindari perilaku buruk atau menyimpang lewat kesehatan reproduksi (kespro).
“Untuk membangun negara agar tidak menjadi negara dengan kualitas sumber manusianya diremehkan oleh negara lain, untuk mengatasi itu semua perlu adanya ketahanan pada remaja,” kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN Eni Gustina dalam webinar bertajuk "Kesehatan Reproduksi di Era Milenial" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan hingga saat ini, penyebaran edukasi terkait kespro masih cukup sulit dilakukan dalam masyarakat karena adanya perilaku buruk yang dijalankan para remaja hingga penyimpangan sosial yang masih ada dalam masyarakat, seperti masih diwajarkannya pernikahan usia anak di beberapa daerah.
Perilaku buruk yang juga masih jelas terlihat di kalangan remaja, kata dia, adalah maraknya berhubungan seksual sebelum menikah sehingga menyebabkan terjadinya angka kehamilan yang tidak diinginkan semakin tinggi juga aborsi yang dilakukan oleh para ibu.
Akibatnya, kualitas bangsa dapat terancam menurun karena banyak bayi yang lahir dalam keadaan kerdil (stunting), prematur ataupun menderita berat badan lahir rendah (BBLR).
Untuk mengatasi permasalahan itu, kata dia, para remaja harus membekali diri dengan berbagai literasi terkait kesehatan reproduksi agar dapat menjadi generasi yang cerdas dan sehat.
Melalui kespro itu pula, nantinya para remaja mampu untuk mengatakan tidak pada berbagai bentuk perilaku buruk yang ada dalam masyarakat, mampu mengendalikan diri dan mengjindari perilaku negatif tersebut agar bisa melewati transisi pada kehidupan remajanya.
Menurut dia BKKBN kini sedang menggalakkan kehadiran para Duta Genre (Generasi Berencana) yang berasal dari kalangan remaja dan dihadirkan setidaknya satu kelompok Genre dalam satu desa.
Melalui duta-duta itulah, pihaknya akan memberikan kecakapan hidup (life skill) terkait dengan kesehatan reproduksi sembari mendekatkan diri dengan remaja-remaja lainnya.
Kecakapan hidup itu akan dibentuk melalui pengenalan diri setiap individu dan nilai-nilai pribadi dalam hidup yang kemudian disiapkan untuk merencanakan masa depan.
Lewat perencanaan itu, para Duta Genre dapat mengambil keputusan terkait seksualitas dan perilaku seksual.
“Mereka akan mengembangkan untuk tidak melakukan tidak menikah pada usia anak, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah serta tidak melakukan penyalahgunaan narkoba. Kita harapkan semua desa punya remaja generasi berencana,” katanya.
Ia menjelaskan tujuan dari pembelajaran pengambilan keputusan itu adalah agar para remaja dapat melindungi diri dari kekerasan serta perilaku seksual serta bisa berempati terhadap kondisi orang lain.
Melalui pembentukan sikap itu pula, duta-duta itu akan dapat mengkomunikasikan dan melakukan perundingan pada para pihak terkait juga membantu mengelola stres dan pencarian bantuan bila ada teman sebayanya yang membutuhkan bantuan.
“Banyak remaja Genre kita yang cukup bisa menampilkan jati dirinya. Bisa menjadi model-model di masyarakat yang sudah berjalan di beberapa tempat, termasuk salah satunya di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya sudah menjadi remaja Genre di sana,” demikian Eni Gustina .
Baca juga: Kepala BKKBN: Literasi menstruasi dan kespro masih rendah
Baca juga: Kesehatan reproduksi remaja diharapkan masuk kurikulum nasional
Baca juga: Dubes: Prancis akan bantu BKKBN atasi stunting dan kespro
Baca juga: Program Pendidikan Kespro Remaja "DAKU" Diresmikan
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022