• Beranda
  • Berita
  • Pemkab Jember dukung pengembangan maggot solusi atasi masalah sampah

Pemkab Jember dukung pengembangan maggot solusi atasi masalah sampah

14 Maret 2022 22:22 WIB
Pemkab Jember dukung pengembangan maggot solusi atasi masalah sampah
Bupati Jember meninjau lahan budidaya maggot di TPA Pakusari Kabupaten Jember, Senin (14/2/2022). (ANTARA/HO-Diskominfo Jember)

Maggot itu luar biasa pasarnya dan kami belum bisa memenuhi, dan pasti akan dibeli untuk pakan ikan seperti ikan koi

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember, Jawa Timur, mendukung pengembangan maggot yang merupakan larva lalat black soldier fly (BSF) menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah di daerah itu. 

"Maggot itu luar biasa pasarnya dan kami belum bisa memenuhi, dan pasti akan dibeli untuk pakan ikan seperti ikan koi," kata Bupati Jember Hendy Siswanto saat meninjau lahan industri maggot usai meresmikan Festival Daur Ulang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari, Kabupaten Jember, Senin.

Menurutnya, Koperasi Molindo Jaya membuat edukasi kepada pekerjanya untuk pembudidayaan maggot, sehingga Pemkab Jember juga berharap setiap desa atau kecamatan punya budidaya maggot karena setiap hari jumlah sampah di Jember mencapai 187 ton, sehingga harus dilakukan manajemen dengan baik.

Baca juga: Wagub Jateng sebut budidaya maggot solusi kurangi sampah organik

Sementara Ketua Koperasi Molindo Jaya, Agus Subagiyo mengatakan maggot harganya Rp6.000 per kilogram yang berguna untuk pakan bagi hewan unggas, burung dan ikan.

"Seperti belatung pada umumnya, maggot dari lalat BSF hidup dengan mengonsumsi sampah organik, sehingga budidaya maggot itu merupakan solusi untuk mengurangi sampah yang efektif," katanya.

Ia menjelaskan alur budidaya maggot diawali dari telur lalat BSF lalu ditetaskan sampai menjadi larva, kemudian maggot itu diberikan makan dari limbah organik yang biasanya dari sampah dapur seperti nasi, buah atau sayur, kemudian dalam waktu 14 hari, larva itu akan membesar.

Baca juga: GOW Mataram gelar pelatihan olah sampah menggunakan maggot

"Maggot usia 14 hari kadar proteinnya paling tinggi untuk digunakan pakan ternak. Nantinya dari hasil produksi selama 14 hari itu, kami akan memanen 90 persen sedangkan 10 persen lagi akan dibudidayakan," ujarnya.

Dengan demikian, lanjut dia, budidaya maggot dilakukan akan berkelanjutan dan tidak perlu lagi membeli bibit, sehingga dapat lebih hemat dan mengurangi biaya budidaya nya.

"Teknologi yang digunakan tidak terlalu banyak tetapi caranya bisa bermacam-macam. Budidaya maggot itu cukup bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah organik, terutama di rumah," tuturnya.

Baca juga: Menristek dukung pengembangan pupuk hayati dari sampah dengan Maggot

Ia menjelaskan tidak tanggung-tanggung karena 100 kg maggot BSF dapat mengurai sekitar 1 ton sampah organik hanya dalam waktu singkat yakni 1×24 jam.

"Hal itu lebih efektif daripada solusi pengurangan sampah lain seperti metode kompos. Selain memerlukan lahan yang luas, metode kompos itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengurai sampah," ujarnya.

Baca juga: KLHK: Gerakan kurangi limbah padat di laut jadi agenda Nasional

 

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022