• Beranda
  • Berita
  • Kemendikbudristek pimpin pertemuan kelompok kerja pendidikan G20

Kemendikbudristek pimpin pertemuan kelompok kerja pendidikan G20

15 Maret 2022 19:52 WIB
Kemendikbudristek pimpin pertemuan kelompok kerja pendidikan G20
Tangkapan layar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Iwan Syahril, dalam taklimat media yang dipantau di jakarta, Selasa (15/3/2022). (ANTARA/Indriani)

Komitmen terhadap pendidikan inklusif perlu diperkuat

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) menggelar pertemuan pertama Kelompok Kerja Pendidikan G20 (G20 Education Working Group/EdWG).


“Indonesia dipandang sebagai contoh baik negara yang berhasil melakukan transformasi pendidikan menyeluruh yang berkualitas meski diterpa pandemi COVID-19, dan akan memimpin para negara anggota G20 untuk bergotong royong mendiskusikan upaya-upaya yang sama melalui empat agenda prioritas,” ujar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Iwan Syahril, dalam taklimat media yang dipantau di Jakarta, Selasa.
 

Pertemuan Pertama G20 Kelompok Kerja Pendidikan (EdWG) Tahun 2022 akan diselenggarakan oleh Kemendikbudristek Republik Indonesia di Yogyakarta pada pada 16 hingga 18 Maret 2022.

Empat prioritas pendidikan EdWG yang dibahas tersebut yakni Pendidikan Berkualitas untuk Semua, Teknologi Digital dalam Pendidikan, Solidaritas dan Kemitraan, serta Masa Depan Dunia Kerja Pasca COVID-19.

Iwan menambahkan prioritas pertama yakni Pendidikan Berkualitas Universal. Salah satu target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) 2030 adalah memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata, serta mendorong kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
 

“Komitmen terhadap pendidikan inklusif perlu diperkuat. Kemudian, diperlukan upaya lebih lanjut dengan kolaborasi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan pendidikan berkualitas universal terutama untuk kelompok yang paling rentan,” kata Iwan yang juga Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Chair of Education Working Group).

Baca juga: Teknologi dan kualitas pendidikan jadi prioritas pada G20

Baca juga: Kemendikbudristek bawa Merdeka Belajar pada pertemuan G20

 

Prioritas berikutnya yakni Teknologi Digital dalam Pendidikan. Teknologi mampu menjangkau siswa yang secara fisik tidak mampu bersekolah, mengurangi kesenjangan belajar, dan menghubungkan siswa dengan sumber belajar yang mudah diakses.
 

Oleh karena itu, kata Iwan, sangat penting untuk menata kembali pendidikan dalam rangka membantu siswa mengalami lingkungan belajar yang lebih adil, menarik, dan menyenangkan dengan menggunakan teknologi digital.
 

Pemerataan akses terhadap teknologi digital merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan berkualitas universal. Selain mendukung pencapaian akademik, perangkat teknologi digital yang inovatif perlu diciptakan untuk mendorong interaksi siswa-guru yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan, dan merangsang perkembangan sosial emosional.
 

Prioritas ketiga yakni Solidaritas dan Kemitraan, yang mana pandemi COVID-19 telah menyadarkan semua negara, terutama tentang perlunya membangun kembali sistem pendidikan yang tangguh. Dukungan untuk komunitas belajar selama pandemi sebagian besar dibangun di atas solidaritas.

Pendekatan lintas sektoral dan kemitraan antara pemerintah, organisasi internasional, masyarakat sipil, sektor swasta, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya dapat mempercepat upaya pembangunan kembali sektor pendidikan pascapandemi.
 

Prioritas keempat yakni Masa Depan Pekerjaan Pasca COVID-19.

Iwan mengatakan sifat pekerjaan telah mengalami perubahan mendasar, bahkan sebelum pandemi COVID-19. Internet dan teknologi digital menghubungkan orang-orang di seluruh dunia. Dikombinasikan dengan kemajuan teknologi digital, hiperkonektivitas yang ada telah menciptakan bentuk baru kerja jarak jauh dan kolaborasi.
 

“Selain itu, kemajuan dalam kecerdasan buatan dan ilmu- ilmu lainnya, bersama dengan ketersediaan data dalam jumlah besar juga telah menyebabkan otomatisasi pekerjaan. Perubahan ini pada akhirnya membuat beberapa pekerjaan menjadi usang.”
 

Pendidikan kejuruan dan pendidikan tinggi perlu ditransformasikan untuk dapat menjawab tantangan tersebut. Para pendidik perlu menemukan cara untuk membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dalam lanskap dan sifat pekerjaan yang selalu berubah.

Dengan kata lain, komitmen peningkatan pendidikan kejuruan dan pendidikan tinggi memiliki peran untuk mempromosikan akses inklusif ke pendidikan dan pekerjaan yang layak. 

Baca juga: Kemendikbudristek adakan "ruwatan" massal kebudayaan dalam G20

Baca juga: Mendikbudristek segera umumkan agenda prioritas G20 bidang pendidikan


 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022