• Beranda
  • Berita
  • Lelehan cokelat temani salmon dan steak dalam sajian makan siang mewah

Lelehan cokelat temani salmon dan steak dalam sajian makan siang mewah

17 Maret 2022 13:54 WIB
Lelehan cokelat temani salmon dan steak dalam sajian makan siang mewah
Oven Roasted Norwegian Salmon Back dalam The Embassy Chocolate Dining Experience, Amuz Gourmet Restaurant, Jakarta, Rabu (16/3/2022). ANTARA/Nanien Yuniar.
Cokelat di restoran fine dining mungkin biasanya disajikan di akhir, ketika tamu disuguhi makanan penutup yang manis untuk mengakhiri jamuan makanan mewah. Pernahkah Anda berpikir menyantap cokelat di saat yang bersamaan dengan makanan utama yang gurih?

Namun, jamuan makan siang dari jenama Embassy Chocolate di Amuz Gourmet Restaurant, Jakarta, Rabu (16/3), membuktikan bahwa cokelat bisa dinikmati tak hanya sebagai makanan penutup, tetapi juga melengkapi rasa gurih dari makanan berat seperti salmon hingga steak.

Baca juga: Kafe ini sajikan donat bombolini dengan isi melimpah

Menu yang dibumbui aneka cokelat ini dikembangkan oleh para chef Embassy Chocolate dan Chef Founder/Operation Director at AMUZ Gourmet Group, Chef Gilles Marx. Sajian ini merupakan bukti bahwa cita rasa cokelat hitam, susu atau cokelat putih bisa memberikan keseimbangan dalam rasa hidangan yang bervariasi.

Hidangan pertama yang disuguhkan adalah Light Creamed Mushroom Cappuccino, sup jamur yang disajikan dalam gelas mungil. Di mana cokelatnya? Cokelat putih rasa vanila dan susu menjadi bagian dari remah-remah truffle, diletakkan di atas sendok kecil terpisah. Chef Gilles Marx mempersilakan untuk mencoba sedikit remah-remah tersebut, kemudian mencampurkannya ke dalam sup jamur. Rasa manis dari remah coklat putih dan truffle rupanya menyatu dengan gurih sup jamur.


Baca juga: Sushi Kaiyo hadirkan "kotak harta karun" berisi andalan chef Jepang
Rare seared Sashimi Grade Tuna Carpaccio dalam The Embassy Chocolate Dining Experience, Amuz Gourmet Restaurant, Jakarta, Rabu (16/3/2022) (ANTARA/Nanien Yuniar)


Berikutnya, Rare seared Sashimi Grade Tuna Carpaccio. Potongan tipis tuna dengan "mangkuk" selada yang menampung potongan tomat ceri, parmesan serta dressing aioli. Tidak ada cokelat dalam piring berisi tuna, tetapi kami bisa menikmatinya sambil menyesap chocolate-coffee-banana mocktail. Setelah menelan segarnya selada dan tuna, ternyata mocktail pisang dan coklat terasa cocok di dalam mulut. Rasanya tak terlalu manis dan light.

Beranjak ke menu ketiga, kali ini cokelat putih disuguhkan dalam campuran saus krim untuk hidangan salmon. Oven Roasted Norwegian Salmon Back terdiri dari salmon yang bagian kulitnya garing, tapi dagingnya sangat lembut di lidah. Ketika dicocol dengan saus dari cokelat putih, tercipta perpaduan asin, gurih dan manis. Hidangan salmon ini dilengkapi juga dengan kaneloni (pasta serupa pipa) bayam dan jamur.
Grilled Black Angus Prime Beef Tenderloin dalam The Embassy Chocolate Dining Experience, Amuz Gourmet Restaurant, Jakarta, Rabu (16/3/2022) (ANTARA/Nanien Yuniar)


Sekarang giliran cokelat dark yang menjadi saus dari steak tenderloin. Sausnya manis dan pahit karena dilengkapi dengan cokelat hitam 75 persen, menambah rasa gurih dari potongan steak yang lembut kala dikunyah. Rasa pahit dan manis dari saus cokelat mendukung rasa daging yang rich dan peppery-grilled. Chef juga menghiasi piring steak dengan puree wortel yang dihiasi potongan biji kakao. Kombinasi ini memberikan tekstur dan rasa yang kontras, manis lembut wortel dan pahit renyah kakao. Lidah semakin dimanjakan dengan kehadiran sumsum tulang panggang yang dominan gurih. Kentang goreng yang masih panas, renyah sekaligus lembut, turut disajikan dalam menu steak ini.

Baca juga: GOODS BURGER buka outlet khusus untuk "takeaway & delivery"
Cinnamon Scented 75% Chocolate Jelly, Azalea Coffee Mousse & Oceanic-Hazelnut Crèmeux dalam The Embassy Chocolate Dining Experience, Amuz Gourmet Restaurant, Jakarta, Rabu (16/3/2022) (ANTARA/Nanien Yuniar)


Akhirnya menu penutup dihidangkan, berupa cannoli, tapi alih-alih adonan pastri, gulungan itu dibuat dari cokelat, ditambah dengan krim chantilly rasa mangga, potongan kelapa kering dan cokelat putih. Kemudian, mangkuk bening serupa toples akuarium kecil, alih-alih berisi tanaman laut, mangkuk ini berisi jeli cokelat dengan aroma kayu manis yang menjadi dasar dari mousse dari cokelat dan krim hazelnut yang dibentuk cantik. Terakhir, kopi atau teh dihidangkan sebagai teman dari tiga potong cokelat dengan tiga rasa, dark chocolate, raspberi-earlgrey yang segar, dan keffir lime ganache with mango and passionfruit coulis yang memberikan kejutan asam tapi segar dan membuat mata membelalak.

Baca juga: Spesial Ramadhan, Thai Alley hidangkan GorThai dan JaPaThai
Equatorial Cannoli with Zen Coconut and Mango Chantilly dalam The Embassy Chocolate Dining Experience, Amuz Gourmet Restaurant, Jakarta, Rabu (16/3/2022) (ANTARA/Nanien Yuniar)


Cokelat couverture
Brand Executive Embassy Chocolate, Karina Andjani Putri, menjelaskan seluruh hidangan diracik menggunakan ragam produk dari jenama tersebut sesuai karakter, kegunaan dan ciri khas masing-masing. Ada cokelat yang manis dan pahitnya seimbang sehingga cocok jadi taburan chocolate chip di kue dan es krim, ada juga cokelat yang lebih cocok untuk isian pastry seperti pain au chocolat.

Jenama dari PT Freyabadi Indotama ini ingin unjuk gigi bahwa Indonesia bisa memproduksi cokelat couverture berkualitas, tak kalah dengan produsen cokelat couverture dari luar negeri. Cokelat-cokelatnya diproduksi di Indonesia, memakai 100 persen cocoa butter dan ekstrak vanila alami. Cokelat ini dibuat dari kakao asal Amerika, Asia dan Afrika.

"Kami menggunakan teknik kakao campuran, mengambil sifat-sifat terbaik dari biji kakao pilihan asal Amerika, Asia dan Afrika untuk menghasilkan produk cokelat couverture dengan karakter yang khas. Dengan teknik ini, kami dapat memastikan konsistensi kualitas dan lebih menjamin stabilitas harga produk kami di pasaran”, ujar dia.

Executive Pastry Chef Embassy Chocolate, Chef Louis Tanuhadi, menuturkan buah kakao dari berbagai negara memiliki keunggulan tersendiri. Kakao Amerika Latin terkenal karena aromanya, dari Afrika dikenal karena rasa yang fruity, sementara kakao dari Sulawesi punya melting point lebih tinggi. Dengan mencampur kakao untuk sebuah produk, kekurangan yang ada bisa ditutupi dengan keunggulan dari kakao lainnya. Lewat cara ini, jenama bisa mempertahankan kualitas, tapi di sisi lain menawarkan harga yang relatif terjangkau kepada konsumen di Indonesia.


Baca juga: Mencicipi sepiring nostalgia ala Belanda di Keuken Van ElsjeBandung

Baca juga: Renyah gurih ayam goreng ala Korea dari Moon Chicken

Baca juga: Pepper rice ala Jepang versi Indonesia, lebih terjangkau

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022