Hal itu disampaikan Presiden saat memberi sambutan kunci dalam S20 High Level Policy Webinar secara virtual, seperti ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Kamis.
"G20 diharapkan dapat menjembatani dan mendorong negara berkembang dan maju pada keanggotaan G20 untuk mempercepat proses transisi energi, memperkuat sistem energi global yang adil dan berkelanjutan dalam suatu kesepakatan global," kata Presiden.
Presiden juga menegaskan negara-negara anggota G20 harus terus membangun lebih banyak kolaborasi guna mempermudah akses layanan energi yang terjangkau.
"Negara yang bebannya berat harus dibantu dan diberikan kemudahan. Negara yang sudah siap bisa jalan terlebih dahulu, sambil membantu negara lain yang belum mampu," tambahnya.
Menurut Presiden, hal itu juga diperlukan dalam mendorong terciptanya inovasi teknologi, terobosan pendanaan, serta perumusan strategi yang konsisten dan berkelanjutan.
Baca juga: Presiden sebut tiga tantangan besar transisi energi
Sebelumnya, Presiden menjabarkan transisi energi bukan semata-mata tentang mengubah perilaku konsumsi bahan bakar fosil ke pemanfaatan energi baru terbarukan. Transisi tersebut justru menyangkut banyak aspek kompleks dari ilmu pengetahuan dan teknologi hingga sosial ekonomi dan lingkungan.
Presiden menjelaskan setidaknya ada tiga tantangan besar dalam transisi energi, yakni akses energi bersih, masalah pendanaan, serta dukungan riset dan teknologi.
S20 High Level Policy Webinar merupakan bagian dari rangkaian acara G20, yang mewadahi para peneliti dan ilmuwan dari negara-negara peserta, dengan topik kali ini membahas transisi energi.
Baca juga: Sri Mulyani: RI butuh Rp3.460 triliun untuk kurangi emisi karbon
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022