Salah satu yang paling terdampak dari wabah virus corona tersebut yakni pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam menjual produk-produknya.
Namun begitu, seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih dan cepat dewasa ini, sebagian pelaku usaha kecil dan menengah tidak patah arang dalam melakukan transaksi jual beli produknya dengan memanfaatkan digitalisasi.
Dengan menawarkan produk-produknya melalui digitalisasi ataupun memanfaatkan marketplace yang sudah ada, tidak sedikit dari pelaku UMKM ini dapat meraup keuntungan yang lebih besar dibandingkan berjualan secara konvensional.
Manfaat penjualan produk-produk UMKM melalui platform digital ini pun telah dirasakan oleh salah satu pelaku usaha kecil dan menengah di Kota Bandarlampung, yakni Isnina, yang mampu meningkatkan penjualan berkali-kali lipat.
Menurut pelaku industri kecil menengah (IKM) di Bandarlampung yang memproduksi madu dengan merek "Suhita Bee Farm", pasar digital mampu menyerap produknya hingga 80 persen dari total kebutuhan sebulan 1 ton dari tiga jenis madu yang diproduksinya. Seperti madu yang dihasilkan dari lebah Apiss Melefera, Apis Dorsata dan Trigona Apicalis.
"Dari tiga jenis produk ini yang menjadi unggulan yakni madu yang dihasilkan dari lebah Trigona Apicalis.
Situasi pandemi COVID-19 yang berlangsung lama tersebut memang telah memaksa sebagian pelaku UMKM untuk mencari jalan keluar untuk memasarkan produk-produknya agar usahanya minimal dapat berjalan dan tidak tumbang.
Baca juga: Gubernur: Gernas BBI sarana kenalkan produk lokal Lampung
Melirik pasar digital
Isnina yang memulai usaha sejak 2017 mengatakan bahwa memasarkan produknya melalui digitalisasi menjadi hal yang paling memungkinkan saat kondisi pandemi, dimana pada saat itu ruang gerak dibatasi oleh pemerintah guna mencegah penyebaran COVID-19.
Mulai melirik mengembangkan pasar melalui digital awalnya memang saat pandemi COVID-19. Karena awalnya teman-teman yang memesan madu lewat WhatsApp dan minta diantar ke rumah. Dari situlah awalnya, lalu berkembang ke sejumlah marketplace.
Dia pun mengungkapkan bahwa dalam satu bulan bisa sekitar 2.000 hingga 2.700 botol madu yang terjual melalui pasar digital. Sedangkan bila tanpa menggunakan marketplace produknya hanya terjual sekitar 500 botol saja.
Dengan melihat peluang dan pasar yang cukup luas tersebut, Isnina pun memberanikan diri melepas seragam pegawai negeri sipil (PNS) nya untuk lebih fokus mengelola usahanya.
"Tahun 2021 saya melepas status PNS karena memang mau fokus dengan usaha madu ini. Kalau disambil tidak kepegang, karena memang permintaan yang mulai tinggi, sehingga memang harus ada yang dikorbankan dan saya memilih usaha," katanya.
Isnina merupakan salah satu IKM yang sukses memanfaatkan teknologi digitalisasi dalam memasarkan produknya.
Namun, masih banyak pula pelaku UMKM di Lampung yang masih gagap teknologi (gaptek) sehingga produk-produknya hanya beredar dalam ruang lingkup yang terbatas.
Wanita kelahiran 1985 tersebut pun berharap dengan adanya kegiatan Bangga Buatan Indonesia (BBI) dapat meningkatkan pasar para pelaku IKM di Lampung khususnya produk madu Suhita Bee Farm.
"Tentunya dengan mengikuti ajang ini kami ingin lebih adanya pasar yang lebih luas baik di nasional maupun internasional," kata dia.
Selain itu, dari kegiatan ini pun diharapkan mampu memperbaiki di bidang produksi, promosi serta pasar para IKM di Provinsi Lampung sehingga pelaku usaha dapat terus berkembang.
Permasalahan ini pun ditangkap oleh Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim. Dalam sejumlah kesempatan perempuan yang akrab dipanggil Nunik tersebut mengatakan, yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah saat ini dalam memajukan UMKM lokal daerah adalah bagaimana menyambungkan para pelaku usaha dengan platfrom-platform marketplace yang sudah ada.
Tentunya, ia pun menyayangkan karena belum banyaknya pelaku industri kecil dan menengah yang memanfaatkan digitalisasi dalam menjajakan produknya tersebut, padahal potensi IKM maupun UMKM di provinsi ini cukuplah besar.
"Tidak banyak memang produk-produk UMKM Lampung yang ada di marketplace. Tentunya hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah bagaimana menyambungkan UMKM-UMKM tersebut ke pasar online," kata Nunik.
Baca juga: Kemenperin dongkrak potensi IKM Lampung untuk dukung Gernas BBI 2022
Harapan dari giat BBI
UMKM memang menjadi salah satu tumpuan perekonomian Lampung, sehingga membangkitkan sektor ini, setelah terkena dampak COVID-19 menjadi salah satu fokus utama.
"Kita perlu bangkitkan, semangati mereka, bagaimana permodalannya dan pemasarannya, ini harus didukung karena yang paling terdampak dari pandemi COVID-19 UMKM," kata dia.
Wakil Gubernur Lampung itu pun mengatakan bahwa guna menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut harus dimulai dengan melakukan sosialisasi serta menyadarkan pelaku usaha kecil dan menengah bahwa ke depan bukan tidak mungkin semuanya akan beralih ke digitalisasi termasuk transaksi jual beli.
Oleh sebab itu, adanya kegiatan Bangga Buatan Indonesia (BBI) dimana Lampung menjadi salah satu tuan rumah merupakan momentum untuk mengenalkan serta memajukan usaha kecil dan menengah melalui digitalisasi.
"Kegiatan ini bisa menjadi pintu guna memajukan UMKM lokal di provinsi ini melalui digitalisasi, agar pasar mereka lebih luas," kata dia.
Berdasarkan data yang diungkapkan Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi, pada pembukaan Gernas BBI, saat ini terdapat sebanyak 95.401 IKM yang didominasi oleh industri makanan dan minuman.
Pada Tahun 2021, sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,57 persen, sektor ini juga berkontribusi sebesar 19,65 persen atau sebagai sektor kedua terbesar yang berkontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung.
Baca juga: Gernas BBI Lagawi Fest bidik peningkatan penjualan online IKM Lampung
Baca juga: Strategi Kemenperin tingkatkan penjualan online produk IKM Gernas BBI
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022