Seorang petani di Ngargogondo, Yeti (60), pada Jumat mengatakan, kawanan kera tersebut memakan hampir semua jenis tanaman di perkebunan, antara lain ubi-ubian, kacang-kacangan, pepaya, dan pisang.
Serangan kera dipastikan telah merugikan petani karena hasil panen berkuang, bahkan bisa gagal.
Menurut dia, serangan kera itu hampir terjadi setiap musim kemarau. Selain merusak tanaman, kera juga membuat warga ketakutan untuk menggarap kebun, karena jumlahnya cukup banyak.
Ia mengatakan, kawanan kera biasanya turun dan menyerang tanaman mulai pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB. Primata itu terus begerak mencari makanan di berbagai tempat hingga pekarangan dekat rumah warga hingga sore hari.
Warga merasa kerepotan menghadapi serangan kera tersebut, karena selain jumlahnya banyak, di atas Pengunungan Menoreh kondisinya kering sehingga kera cenderung turun untuk mencari makanan.
"Tidak hanya buah-buahan atau ubi-ubian, tetapi tanaman cabe pun dirusak kawanan kera. Tanaman di kebun saya yang masih utuh hanya tanaman tembakau, karena rasanya pahit," katanya.
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi tanaman perkebunan habis dimakan kera, warga menjaga kebun hingga siang atau sore hari dengan berbekal ketapel untuk mengusir Kera.
Petani yang lain Zahroni (56), mengatakan serangan kera membuat warga semakin menderita karena pada kemarau ini warga telah kesulitan menjaga tanaman agar tetap hidup dan tumbuh akibat tidak ada air yang cukup. Penghasilan warga pun semakin berkurang karena kera.
"Biasanya, hasil kebun seperti pepaya, pisang, dan singkong saya jual ke pasar. Hasilnya cukup untuk membeli kebutuhan dapur. Namun saat ini belum dipanen tanaman sudah dimakan kera," katanya.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011