"Ini proyek strategis nasional dan merupakan keputusan historis bangsa untuk meraih cita-cita nasional. Oleh karena itu, harus bisa memaksimalkan sumber dalam negeri," kata Budi Gunawan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan Indonesia seharusnya berorientasi pada pertumbuhan endogen daripada eksogen, sehingga orientasi pertumbuhan endogen setidaknya digunakan dalam tiga aspek pembangunan IKN Nusantara.
Dari segi kapital, lanjutnya, Indonesia seharusnya mengutamakan pembiayaan dari perbankan nasional yang sebenarnya melimpah.
Selain itu, dari segi tenaga kerja, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia (SDM) dengan talenta digital yang luar biasa, jelasnya. Berdasarkan data start-up ranking tahun 2021, dia menyebutkan Indonesia berada di urutan lima besar dunia di bawah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.
"Banyak yang tidak memberi perhatian, kita sebenarnya memiliki angkatan talenta digital yang sangat cemerlang dan masif," tukasnya.
Baca juga: Presiden minta Otorita IKN lincah dapatkan sumber pendanaan
Menurutnya, hal tersebut merupakan potensi besar bagi generasi masa depan, apalagi talenta digital Indonesia sensitif pada ekonomi hijau, berfikir fleksibel, dan berkelanjutan.
"Mereka harus menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan IKN Nusantara melalui industri kreatif, industri manufaktur ringan, ekonomi ramah lingkungan," katanya.
Mantan Wakil Kepala Polri itu juga menilai Indonesia sejatinya mumpuni dalam mewujudkan IKN sebagai kota hutan pintar (smart forest city), modern, inklusif, dan berperadaban maju.
Tidak hanya hasil inovasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, berbagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia juga memiliki kemampuan dan teknologi memadai untuk membangun kota baru IKN.
"SDM serta teknologi kita sangat mumpuni. Ini justru kesempatan mempromosikan mereka dan akan menjadi nilai tambah IKN Nusantara," ujarnya.
Baca juga: Luhut bantah anggapan proyek IKN tidak menguntungkan
Baca juga: Moeldoko: Pemindahan IKN final dan tidak perlu diperdebatkan lagi
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022