Pekalongan, Jawa Tengah (ANTARA News) - Warga Desa Kapundutan, Kecamatan Lebak Barang, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, memanfaatkan air sungai yang mengalir deras di daerah tersebut sebagai pembangkit kincir untuk menghasilkan energi listrik yang multi manfaat, murah, dan ramah lingkungan.... Meskipun wilayah ini tidak dilairi listrik dari PLN, namun warga dapat menikmati listrik tanpa merusak lingkungan alam serta tidak mengeluarkan biaya bulanan...
"Hingga sekarang Desa Kapundutan dan sekitarnya belum mendapat aliran listrik dari PLN, sehingga warga secara swadaya membuat kincir air sebagai pembangkit listrik untuk menerangi ratusan rumah serta menghidupkan berbagai peralatan listrik," kata pengelola kincir air, Suyanto (35) di Kajen, Minggu.
Menurut dia, energi listrik yang dihasilkan kincir air tersebut mampu menerangi sedikitnya 135 rumah warga di tiga dusun selama 24 jam, bahkan aliran listrik juga dapat digunakan untuk menghidupkan komputer, televisi, mesin pengangkat air, serta peralatan listrik lainnya.
Ia mengatakan, sejak puluhan tahun lalu, kincir air di sepanjang aliran Sungai Kemenyep merupakan pemasok utama energi listrik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan mengandalkan aliran air sungai tersebut.
"Meskipun wilayah ini tidak dilairi listrik dari PLN, namun warga dapat menikmati listrik tanpa merusak lingkungan alam serta tidak mengeluarkan biaya bulanan," katanya.
Menurut dia, para pengguna listrik tenaga kincir air tersebut hanya dikenai iuran antara Rp10.000-Rp15.000 setiap beberapa bulan untuk biaya perawatan, terutama jika ada dinamo atau bagian kincir lainnya yang rusak maka uang tersebut digunakan untuk ongkos perbaikan.
Selain pembuatannya mudah, katanya, bahan yang dubutuhkan untuk membuatan kincir air pembangkit energi listrik tersebut juga mudah didapat, antara lain kayu, dinamo, kawat, serta kabel yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari kincir ke rumah-rumah warga yang tersebar hingga ke pelosok-pelosok hutan.
"Biaya pembuatan satu kincir dibutuhkan sekitar Rp1,5 juta untuk menerangi 4-6 rumah warga," katanya.
Ia menjelaskan, kincir terbuat dari kayu jati tersebut kemudian dipasang di tengah sungai yang aliran airnya deras agar putaranya tidak tersendat sehingga energi listrik yang dihasilkan stabil, karena jika aliran air sungai surut atau putaran roda kincir tersendat akibat tersangkut sampah, maka daya listrik yang dihasilkan rendah atau tidak stabil.
Agar energi listrik yang dihasilkan stabil, lanjut dia, kincir tersebut hanya membutuhkan perawatan dengan memberikan pelumas setiap seminggu sekali, serta rutin membersihkan sampah-sampah yang menyangkut di sekitar kincir.
Sementara itu, menurut salah satu pengguna kincir air, Tarnayo (38), keberadaan kincir air sebagai pembangkit listrik sangat bermanfaat bagi warga yang bermukim di daerah pegunungan dan tidak terjangkau listrik PLN.
"Selain menyalakan enam buah lampu masing-masing 15 volt dan dua lampu neon, saya juga menghidupkan televisi, mesin pengangkat air, dan menyetrika dengan menggunakan energi listrik dari kincir air," katanya.
Menurut dia, daya yang dihasilkan kincir juga tidak kalah dengan listrik PLN, baik lampu ataupun televisi dapat menyala terang dan siap digunakan selama 24 jam tanpa dikenai biaya bulanan. (ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011