"Rekan musisi mulai 'interest' terhadap musik jazz," kata pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dalam acara Bincang-Bincang Halaman Belakang Antara NTB, di Mataram, Minggu.
Hal tersebut, kata dia, bisa terlihat pernah adanya gelaran Senggigi Sunset Jazz Festival yang digelar di Pulau Lombok. Atau gelaran jazz di Cafe Bawah Pohon.
Kehadiran komunitas penggemar musik jazz di Lombok juga, menjadi salah satu faktor besarnya potensi musik aliran tersebut di NTB khususnya.
"Seperti 'Lombok Jazz Community' yang nongkrong di rumah Pak Agus membuat jazz depan dapur, " katanya.
Ia juga menyoroti banyak musisi di Lombok yang belum memahami pentingnya kehadiran manajer yang akan memanajemen para pelaku seni musik tersebut.
Padahal kehadiran manajemen itu akan mempermudah kinerja si musisi itu sendiri, katanya.
Diakui, bahwa musisi saat ini diberi kemudahan dari teknologi sekitar 70 persen dan 30 persen harus ditangan manajemen.
"Mereka (musisi) gak sadar 'how to manage product', " katanya.
Baca juga: Suradipa perjuangkan alat musik "Klenang Nunggal" jadi warisan NTB
Baca juga: Suradipa The Journey dan "folksong" Suku Sasak
Baca juga: Band jazz Belanda Boi Akih konser di Ambon serasa di rumah
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022