"Dinilai dulu apakah dia boleh melakukan puasa Ramadhan atau tidak, karena memang ada sebagian orang yang tidak diperkenankan (berpuasa) apabila kadar gula darahnya terlalu tinggi," ungkap Inge kepada ANTARA, Senin.
Baca juga: Tips menjaga kulit tetap sehat selama puasa
Lebih lanjut, Inge menjelaskan penderita diabetes masih diperbolehkan untuk berpuasa apabila kondisi kadar gula darah dalam tubuh tergolong stabil, Namun apabila ketika sedang menjalani ibadah puasa kemudian merasa tidak enak badan, Inge mengimbau agar sebaiknya segera berbuka puasa meskipun belum memasuki waktu maghrib.
"Apa bila merasa pusing, atau keluar keringat dingin, atau merasa badannya tidak enak, itu mungkin memang sudah saatnya dia untuk berbuka, jangan dipaksakan (untuk berpuasa)," jelas Inge.
Inge menambahkan bahwa penderita diabetes harus bisa mengenali gejala hipoglikemi, atau kondisi saat tekanan gula darah menurun secara drastis.
"Jadi memang berbeda dengan orang normal. Sebab untuk penderita diabetes hipoglikemi bisa berdampak jika menunggu waktu berbuka, sehingga dapat menyebabkan kematian," kata Inge.
Oleh sebab itu, Inge menganjurkan bagi para penderita diabetes untuk sahur di waktu mendekati imsak. Dengan demikian, penderita diabetes pun menjadi lebih memiliki waktu pertahanan terhadap rasa lapar lebih singkat dibandingkan sahur di waktu yang jauh dari waktu imsak.
"Ini memang agak riskan tapi saya ingin menyampaikan bahwa jika ingin berpuasa, lakukanlah (sahur) sedekat mungkin dengan waktu imsak gitu ya. Jadi misalnya jangan terlalu jauh jam-nya, supaya dia mempunyai pertahanan terhadap rasa lapar," pungkasnya.
Baca juga: Lima nutrisi penting untuk pelari saat Ramadhan
Baca juga: Persiapan Ramadhan untuk penderita GERD
Baca juga: Kiat sehat bagi penderita diabetes jelang Ramadhan
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022