Menurut Kabid Binpres PP PBSI Rionny Mainaky, Gregoria memang mengeluh tidak enak badan sejak di All England, Birmingham pekan lalu.
"Setibanya di All England, Gregoria memang sudah mengeluh tidak enak badan. Di tanggal 20 Maret ia merasakan demam dan sakit tenggorokan," ujar Rionny melalui keterangan resmi PP PBSI di Jakarta, Selasa.
Seharusnya hasil uji PCR pebulu tangkis asal Wonogiri, Jawa Tengah itu akan digunakan untuk modal keberangkatan ke Swiss atau kepulangan ke Indonesia, namun hasil tes justru di luar dugaan.
Oleh karenanya saat ini Gregoria harus menjalani isolasi di Birmingham, dengan didampingi tenaga medis PBSI dokter Grace Joselini Corlesa.
Pada turnamen BWF Super 1000 ini, Gregoria tampil kurang maksimal dan langsung terhenti di babak pertama setelah dikalahkan An Seyoung dari Korea Selatan dengan dua gim langsung 16-21, 4-21. Setelah kurang tampil prima di Birmingham, satu-satunya wakil tunggal putri Indonesia ini juga dipastikan batal tampil di Swiss.
Baca juga: Pelatih soroti kurangnya daya juang Gregoria Mariska di All England
Baca juga: Apriyani batal ke Swiss dan Korea demi pulihkan cedera betis
Sebelumnya, sektor ganda putri juga batal mengirim pasangan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti karena salah satu pemain mengalami cedera.
Apriyani mengalami cedera betis kanan pada babak kedua All England, Kamis, dengan proses pemulihan berlangsung sekitar satu sampai dua minggu.
Dengan kondisi itu, pelatih ganda putri Pelatnas PBSI Eng Hian memutuskan menarik keikutsertaan Apri dari Swiss Open pada 22-27 Maret dan Korean Open 5-10 April.
Jika tak terhalang cedera, seharusnya Apriyani berduet Fadia yang merupakan pasangan barunya di dua turnamen itu. Pada ajang BWF Super 300 German Open dua pekan lalu, Apriyani/Fadia juga batal tampil akibat cedera yang sama.
Baca juga: Bagas/Fikri emosional saat bukukan gelar perdana All England 2022
Baca juga: PBSI bangga dengan munculnya jagoan baru ganda putra nasional
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2022