Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin ingin pondok pesantren menjadi basis model pertanian modern di Indonesia.Al-Ittifaq ini menjadi tempat pelatihan yang akan dijadikan permodelan, tempat traning dari berbagai pesantren digitalisasi pertanian
"Dengan teknologi yang tinggi, kualitas produknya yang baik, dan punya pasar terbuka di pasar-pasar modern. Permodelan ini dijadikan sebagai pilot project yang akan dikembangkan di seluruh pesantren-pesantren di Indonesia," kata Wapres Ma'ruf Amin pada peluncuran proyek percontohan Korporatisasi Pertanian untuk Mendukung Ekosistem Halal Value Chain"Berbasis Kopontren, di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Wapres mengatakan pesantren punya fungsi selain sebagai pusat pendidikan yang mendidik santri paham agama dan pusat dakwah, juga sebagai pusat pemberdayaan masyarakat sehingga pesantren tempat produksi maupun keuangan. "Ini produksi Pesantren Al-Ittifaq menjadi satu model yang ingin kita kembangkan," katanya.
Menurut Wapres, model yang dikembangkan di ponpes Al-Ittifaq sudah mengadopsi teknologi yang ada di berbagai negara, seperti Belanda dan Jepang, sehingga produknya berstandar internasional.
"Al-Ittifaq ini menjadi tempat pelatihan yang akan dijadikan permodelan, tempat traning dari berbagai pesantren digitalisasi pertanian," kata Wapres.
Sedangkan untuk mendukung permodalan ponpes, Wapres menyebut sudah ada empat lembaga yang terlibat yaitu Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LBDB) koperasi, Bank Indonesia (BI), Bank Syariah Indonesia (BSI), dan Baznaz.
"Permodalan ini terus kita kembangkan dan supaya LPDB juga diperkuat, begitu juga BSI dan BI jadi fasilitator. Kementerian Koperasi akan mengambil peran lebih jauh dengan berbagai dinas di masing-masing provinsi untuk pengembangan pertanian," ungkap Wapres.
Baca juga: Wapres harap "Santripreneur" berdayakan ekonomi berbasis pesantren
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki Teten Masduki menyebut koperasi pesantren (kopontren) Al-Ittifaq merupakan sebuah ekosistem korporat modern berbasis koperasi.
"Artinya corporate farming bukan berbasis korporasi, tetapi berbasis petani petani kecil, rakyat bertanah sempit yang sekarang sudah dalam ekosistem lewat kopontren Al-Ittifaq, jadi mulai dari akses pasar, penggunaan teknologi produksi modern dan pembiayaan," kata Teten Masduki.
Produksi Ponpes Al-Ittifaq, menurut Teten, sudah 7 ton per hari dan juga telah menggandeng pesantren lain untuk memproduksi mulai dari sayur dan buah untuk dipasok ke Al-Ittifaq yang kebutuhannya mencapai 56 ton.
Sedangkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan ponpes-ponpes di Jawa Barat sudah mengembangkan sekitar 3.000 bisnis.
"Sekitar 17 persennya sudah digital, kasih makan ikan pakai handphone, kasih makan ayam, menyiram tanaman, termasuk Al- Ittifaq juga begitu jadi semua sudah dengan internet of thing. Itulah masa depan pangan Jawa Barat sesuai arahan Wapres yang akan dikembangkan," kata Ridwan Kamil
Pola bisnis di ponpes Al-Ittifaq, menurut Ridwan Kamil, juga menggandeng ponpes-ponpes lain.
"Nah pesantren kecil-kecil nanti dimentori dan difasilitasi penjualannya via Al-Itifaq ini. karena kadang-kadang kalau dari pesantren Jawa Barat langsung ke pasar banyak dinamika yg akhirnya merugikan, jadi lebih baik bersatu di pintu Al-Itifaq, kemudian Al - Itifaq yang bernegosiasi dengan pasar jadi Insya Allah seluruh pesantren diharapkan punya model bisnis mendekati apa yang ada di sini," jelas Ridwan Kamil.
Baca juga: Teten: Kopontren Al-Ittifaq jadi teladan wujudkan korporatisasi petani
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022