• Beranda
  • Berita
  • Pergi terlalu dini: Lima petenis besar yang pensiun di puncak karir

Pergi terlalu dini: Lima petenis besar yang pensiun di puncak karir

23 Maret 2022 17:34 WIB
Pergi terlalu dini: Lima petenis besar yang pensiun di puncak karir
Petenis Australia Ashleigh Barty berpose dengan piala saat pemotretan juara tunggal putri di Royal Exhibition Building di Melbourne Australia (30/1/2022). Ashleigh Barty berhasil menjadi juara turnamen Grand Slam Australian Open 2022 setelah mengkandaskan petenis Amerika Serikat Danielle Collins dengan skor 6-3 7-6(2). ANTARA FOTO/REUTERS/Loren Elliott/aww.
Petenis putri peringkat satu dunia Ashleigh Barty mengejutkan dunia olahraga dengan mengumumkan pensiun dari tenis pada usia baru 25 tahun, Rabu, hanya beberapa pekan setelah menjadi petenis tuan rumah pertama yang menjuarai Australian Open dalam 44 tahun.

Barty bukan lah satu-satunya bintang tenis yang meninggalkan olahraga tersebut pada puncak kekuatannya.

Baca juga: Dunia tenis beri penghormatan kepada Barty yang pensiun di usia 25
Baca juga: Petenis nomor satu dunia Ashleigh Barty pensiun dari tenis


Berikut ini, AFP Sport menyoroti lima petenis besar lainnya yang pensiun lebih awal.


Bjorn Borg

Petenis Swedia yang ramah ini adalah kekuatan dominan dalam permainan tenis putra selama sebagian besar akhir 1970-an dan awal 80-an, memenangi French Open enam kali serta lima mahkota Wimbledon berturut-turut.

Tapi dia tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya pada Januari 1983, pada usia 26, keputusan yang umumnya dikaitkan dengan kelelahan.

Satu setengah tahun sebelumnya, dia kalah dari saingan beratnya John McEnroe pada final US Open, satu turnamen besar yang tidak pernah berhasil dia menangi.


Martina Hingis

Pada 1997 Hingis menjadi pemenang tunggal Grand Slam termuda abad ke-20 ketika ia memenangi Australian Open pada usia 16 tahun tiga bulan. Pada Maret tahun itu dia naik menjadi nomor satu dunia termuda dalam sejarah.

Kemenangan di Wimbledon dan US Open mengikuti pada tahun yang sama dengan hanya kekalahan pada final French Open yang membuatnya kehilangan kalender Grand Slam dari keempat turnamen major.

Tapi dia kesulitan dengan cedera pergelangan kaki, dan baru berusia 22 tahun ketika dia pensiun pada Februari 2003, setelah memenangi lima mahkota tunggal Grand Slam dan menghabiskan total 209 minggu sebagai nomor satu.

"Saya sudah terlalu lama berada dalam permainan ini untuk mengetahui apa yang diperlukan untuk mencapai puncak dan saya tidak lagi mampu melakukannya."

Hingis kembali terutama sebagai pemain ganda pada 2006 memenangi 10 gelar Grand Slam lagi, tetapi tidak pernah mencapai final tunggal Grand Slam lainnya.


Justine Henin

Seperti Barty, Henin berusia 25 tahun dan berada di peringkat teratas dunia ketika petenis Belgia itu membuat keputusan mengejutkan untuk pensiun pada 2008 setelah tujuh gelar Grand Slam tetapi terus berjuang dengan performa dan kelelahan.

"Ini adalah akhir dari petualangan yang hebat, akhir dari sesuatu yang saya impikan sejak saya berusia lima tahun," katanya kepada wartawan saat mengumumkan dia akan berhenti.

Selama kembali ke tur secara singkat, Henin mencapai final Australian Open 2010, kalah dari Serena Williams. Dia pensiun untuk selamanya pada 2011.


Andy Roddick

Petenis Amerika dengan servis keras ini mengumumkan menjelang US Open 2012 bahwa itu akan menjadi turnamen terakhir dalam 12 tahun karirnya yang menghasilkan 32 gelar.

Itu juga membawanya ke peringkat satu dunia serta tiga kekalahan final Wimbledon yang memilukan -- kalah 16-14 dalam set terakhir 2009 yang epik dari Roger Federer -- sebelum prospeknya untuk tempat permanen di puncak tersapu oleh dominasi Federer, Rafael Nadal dan Novak Djokovic.

Kekalahan pada putaran keempat dari Juan Martin Del Potro di Flushing Meadows terbukti menjadi pertandingan tenis tingkat elit terakhir bagi petenis berusia 30 tahun itu karena cedera dan kurangnya motivasi untuk pensiun.

Sambil menangis saat dia berbicara kepada orang banyak, Roddick berkata: "Saya menyukai setiap menitnya - untuk pertama kalinya dalam karir saya, saya tidak yakin harus berkata apa."


Kim Clijsters

Petenis Belgia berusia 23 tahun ini pensiun pada Mei 2007, setelah mengemas 34 gelar tunggal WTA dalam karier singkatnya termasuk US Open pada 2005.

Dia mengatakan berjuang melawan cedera dan upaya terus-menerus untuk tetap berada di puncak akhirnya harus dibayar mahal.

"Ini lebih dari indah," katanya. "Tapi sudah waktunya untuk menggantung raket saya untuk selamanya."

Dia comeback secara luar biasa antara 2009 dan 2011, dengan memenangi dua US Open dan Australian Open.

 

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2022