Juara French Open 2020 itu pekan ini meluncur mulus menjuarai turnamen Miami setelah mengalahkan petenis Yunani Maria Sakkari 6-4 6-1 dalam final Indian Wells dan menang di Doha pada Februari. Dia mengaku sasarannya selama ini adalah menyalip Barty.
Tapi itu ternyata terjadi lebih cepat dari yang dia harapkan, seandainya Barty memutuskan menghapus sendiri peringkatnya dalam WTA sebagai akibat dari keputusan gantung raket.
"Bagi saya ini cukup aneh dalam dua hari tujuan saya tercapai dan itu mungkin sungguh terjadi secepat itu. Tapi tetap saja itu keberuntungan akibat keputusannya tersebut," kata Swiatek seperti dikutip Reuters, Rabu.
"Salah seorang anggota tim saya datang dan bilang, 'Hei, letakkan laptopmu'. Saya sudah khawatir saja. Ya, mereka bilang mungkin saja saya akan menjadi nomor1 dunia," sambung dia.
"Ketika kami membaca semua berita itu, semua aturan yang mungkin berlaku, kami rasa itu tidak masuk akal untuk sungguh memikirkan soal itu saat ini."
Barty yang berusia 25 tahun mengejutkan dunia tenis ketika mengumumkan mundur pada Rabu atau hanya dua bulan setelah meraih gelar Grand Slam ketiganya di Australia.
Swiatek menyebut Barty teladan untuk atlet lain karena mengutamakan kebahagiaannya sendiri, tetapi mengaku pengumuman Barty itu mengejutkan dia.
"Saya sungguh emosional, bukan karena posisi saya, tetapi lebih karena dia pensiun dalam usia yang begitu muda," kata Swiatek.
"Saya sangat hormat dan benar-benar menganggap dia berani karena telah membuat keputusan ini."
Baca juga: Petenis nomor satu dunia Ashleigh Barty pensiun dari tenis
Baca juga: Barty ungkap alasan gantung raket
Baca juga: Dunia tenis beri penghormatan kepada Barty yang pensiun di usia 25
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022