Kita ini yang tidak tahu apa-apa cuma bisa menonton, paling bisa membeli
Jejeran pepohonan karet berbaris rapi tidak jauh dari gerbang yang menyambut kedatangan pengunjung ke Desa Rantau Atas, di bawah dedaunan rindang berdirilah puluhan stup yang menjadi sarang dari lebah trigona.
Koloni lebah trigona yang berdiam di puluhan stup itu menghasilkan madu trigona atau yang dikenal juga dengan nama madu kelulut. Madu tersebut kini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Kelompok Tani Hutan (KTH) Nyungen Jaya di Desa Rantau Atas, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser di Kalimantan Timur.
Madu kelulut sendiri menjadi primadona di antara produk madu lainnya, antara lain karena kandungan nutrisi madu itu lebih tinggi dibandingkan madu pada umumnya. Warna yang lebih gelap mengindikasikan kandungan antioksidan yang lebih tinggi.
Madu itu juga memiliki kandungan trehalulosa, atau jenis gula dengan indeks glikemik rendah, menurut hasil penelitian Universitas of Queensland di Australia pada 2020.
Ketua KTH Nyungen Jaya Aliansyah mengatakan bahwa daerah desanya memang telah lama dikenal sebagai penghasil madu hutan di wilayah Kabupaten Paser. Namun, dulu hanya beberapa individu yang terlibat dalam usaha madu alam, yang didapat dari hutan di sekitar desa.
"Kita ini yang tidak tahu apa-apa cuma bisa menonton, paling bisa membeli," ujar Aliansyah.
Namun, kini semakin banyak warga desa yang terlibat dalam produksi madu. Dimulai dari pembentukan KTH Nyungen Jaya pada 2018 dan dengan dukungan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produkksi (KPHP) Kendilo dan Forest Investment Program 2 (FIP 2) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Program Proyek FIP 2 sendiri bertujuan mendukung program pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan dan pemberdayaan masyarakat melalui strategi peningkatan kapasitas kelembagaan KPH dalam pengelolaan hutan lestari. Selain itu ingin dicapai juga pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan usaha masyarakat berbasis hutan.
KTH Nyungen Jaya kemudian mendapatkan bantuan 120 stup untuk memulai budidaya madu trigona pada 2019. Dari hibah KPHP Kendilo mereka juga mendapatkan 100 stup dan 20 stup dari program Pengembang Perhutanan Sosial Nusantara (Bang Pesona).
Bantuan tersebut membantu Aliansyah dan rekan-rekannya untuk memajukan budidaya madu trigona, dengan pada 2020 dihasilkan total 120 liter madu dan sekitar 227 liter pada 2021. Hasil itu didapat dari budidaya di enam lokasi sekitar desa.
Masing-masing stup dapat menghasilkan madu di kisaran 0,25 liter sampai satu liter dalam satu bulan. Secara total produksi mereka mencapai jumlah kinerja tertinggi 55 liter per bulan karena didukung cuaca yang baik dan terjadinya musim bunga.
Pada 2022, pihaknya baru melakukan panen sebanyak lima liter, karena pengaruh dari cuaca hujan yang mempengaruhi kinerja lebah di masing-masing stup.
Untuk penjualan produk, sejauh ini KTH Nyungen Jaya melakukan penyaluran melalui dua jalur yaitu lewat KPHP Kendilo dan penjualan yang dilakukan sendiri oleh anggota KTH.
Ketika disalurkan melalui KPHP Kendilo, setiap satu liter madu dihargai sebesar Rp200.000 dan naik menjadi Rp250.000 per liter pada 2021. Produk itu kemudian dipasarkan dengan nama "Kendilo Bee"
Penjualan oleh anggota KTH Nyungen Jaya masih berkisar di area lokal atau dijual oleh anggota kepada karyawan perusahaan penambangan di wilayah tersebut yang mereka kemas dengan nama "Madu Manti".
Madu Manti dijual seharga Rp125.000 per botol berukuran 250 mililiter dan Rp 225.000 untuk ukuran 500 mililiter.
Kesuksesan produksi madu trigona tersebut membuat belasan orang dari Desa Rantau Atas telah mengajukan proposal Pengembangan Wirausaha KTH (Perwira KTH) untuk mengembangkan budidaya madu trigona secara mandiri, termasuk Aliansyah.
Selain anggota KTH sendiri, kata Aliansyah, terdapat juga masyarakat di luar kelompok yang mengajukan proposal tersebut kepada KPHP.
Perwira KTH adalah program KPHP Kendilo untuk mendorong pengelolaan hasil hutan bukan kayu (HHBK) secara wirausaha.
Aliansyah mengatakan pihaknya ingin memperluas jaringan penjualan madu tersebut.
Namun, akses jalan masih menjadi salah satu tantangan karena perjalanan ke kota besar terdekat yaitu Tanah Grogot sebagai ibu kota kabupaten harus ditempuh selama dua jam. Jalur yang dilalui juga belum sepenuhnya beraspal, menjadikan perjalanan sedikit sulit dilakukan ketika hujan.
Hal itu menjadikan ketika dilakukan pemasaran secara daring, pengiriman akan sulit dilakukan ketika harus membawa paket untuk pembelian dengan jumlah sedikit. Hasil penjualan, katanya, tidak akan menurut ongkos mengirimkan paket.
Karena itu untuk sementara hampir 90 persen dari produksi madu trigona KTH Nyungen Jaya disalurkan melalui KPHP Kendilo.
Aliansyah mendapatkan dukungan agar dapat memasarkan produknya dengan menggunakan brand mereka sendiri untuk mendorong kesejahteraan masyarakat desa.
Baca juga: KPHP Kendilo dorong produk madu KTH lokal jangkau pasar lebih luas
Baca juga: Program Desa Berinovasi kembangkan madu trigona di Lombok
Dukungan perluasan
Niat perluasan jangkauan produk madu trigona tersebut juga didukung oleh KPHP Kendilo. Kepala KPHP Muhammad Hijrafie mengatakan pihaknya tengah mendorong agar produk KTH lokal seperti arang dan madu dapat mencapai pelanggan yang lebih luas.
Tidak hanya diluaskan di sekitar Kalimantan Timur, dia ingin mendorong agar HHBK hasil produksi KTH yang bermitra dengan KPHP Kendilo agar dapat diekspor ke negara lain.
Tidak hanya madu, dia menyebut terdapat beberapa produk lain yang berpotensi menjangkau pasar yang lebih luas seperti arang yang berbahan kayu alaban (Vitex pinnata) yang diproduksi salah satu mitra KTH.
Berbagai langkah sudah dilakukan salah satunya berkolaborasi dengan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda untuk pengembangan produk turunan.
Salah satu yang dikembangkan seperti propolis atau getah yang dihasilkan lebah madu dan produk turunan arang seperti sabun dan masker dari bahan arang.
Pengembangan pasar juga dilakukan dengan KPHP Kendilo telah melakukan komunikasi dengan berbagai pihak seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kalimantan Timur.
Peluasan jaringan dilakukannya dengan harapan agar pembeli besar menyalurkan produk-produk dari KTH demi menjangkau pembeli yang lebih luas.
Penjualan produk sejauh ini cukup menggembirakan termasuk untuk produk madu trigona. Hal itu disebabkan masyarakat yang ingin meningkatkan imunitas dengan mengonsumsi madu.
Dia menjelaskan bahwa berbagai program yang dilakukan oleh KPHP adalah yang dapat terimplementasi dengan HHBK bisa mendorong kesejahteraan masyarakat.
Semua program yang KPHP Kendilo jalankan untuk kelompok tani, kata Hijrafie, dijamin harus bisa dipasarkan. Jadi tidak lagi ditawarkan program pengembangan produk yang tidak bisa dijualkan.
Baca juga: Pemkab Sintang Kalbar kembangkan madu kelulut
Baca juga: KTH Padukuhan Mandiri resmi kelola perhutanan sosial seluas 85 ha
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022