Serikat Pekerja Pertamina Seluruh Indonesia (SPPSI) mengatakan penyesuaian harga bahan bakar minyak nonsubsidi di tengah melambungnya harga minyak mentah bisa menjadi salah satu kesempatan bagi pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional.Penyesuaian harga BBM dan pembayaran subsidi pemerintah ke Pertamina ini akan memastikan seluruh penugasan pemerintah dan kegiatan operasional dari hulu ke hilir berjalan dengan baik
Ketua Umum SPPSI Muhammad Anis dalam keterangan di Jakarta, Jumat, mengatakan penyesuaian harga juga bisa mengatasi kerugian Pertamina.
"Kita ketahui harga Pertamax saat ini masih Rp9.000, sedangkan harga pasar sudah di atas Rp10.000 per liter. Untuk Pertalite harga Rp7.650, di SPBU umum bisa mencapai Rp8.000 per liter," ujarnya.
Baca juga: Stafsus Menteri BUMN usulkan penghitungan ulang harga Pertamax
Baca juga: Stafsus Menteri BUMN usulkan penghitungan ulang harga Pertamax
Lebih lanjut Anis juga meminta agar pemerintah segera membayar piutang Pertamina yang telah mencapai Rp100 triliun agar perusahaan pelat merah ini tetap bisa menjalankan penugasan di tengah tingginya harga minyak mentah dunia yang terus naik di atas 100 dolar AS per barel dan telah menggerus arus kas perseroan.
Bila piutang tidak segera dibayar, kata dia, maka Pertamina dalam beberapa bulan ke depan dikhawatirkan tak mampu lagi menjalankan berbagai penugasan, seperti Program BBM Satu Harga, program pengadaan dan pendistribusian BBM bersubsidi, serta program pengadaan dan pendistribusian elpiji bersubsidi. Bahkan pasokan BBM di dalam negeri bisa terganggu.
"Penyesuaian harga BBM dan pembayaran subsidi pemerintah ke Pertamina ini akan memastikan seluruh penugasan pemerintah dan kegiatan operasional dari hulu ke hilir berjalan dengan baik," kata Anis.
Baca juga: Ketua Komisi VII DPR paham jika harga Pertamax naik ikut minyak global
Baca juga: Ketua Komisi VII DPR paham jika harga Pertamax naik ikut minyak global
Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menyatakan paham jika harga BBM nonsubsidi disesuaikan mengikuti harga pasar global karena harga minyak dunia saat ini sudah melonjak tinggi.
Apalagi, lanjut Sugeng, sebenarnya volume konsumsi produk tersebut sangat kecil. Volume konsumsi terbesar justru BBM yang disubsidi negara yaitu Pertalite dan Biosolar yang mencapai 83 persen.
"BBM nonsubsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite memang sangat kecil konsumsinya hanya 17 persen. BBM nonsubsidi tersebut diperuntukkan bagi kalangan mampu dan sektor industri,” kata Sugeng.
Lebih lanjut ia meminta agar masyarakat tak perlu resah. Selain volumenya sangat kecil, BBM nonsubsidi ini sebagian besar dikonsumsi segmen masyarakat tertentu dan tidak digunakan oleh transportasi umum maupun usaha kecil.
Baca juga: Pertamina naikkan harga tiga produk BBM non subsidi
Baca juga: Pertamina naikkan harga tiga produk BBM non subsidi
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022