"Erupsi Merapi 2010 mengakibatkan hampir semua tanaman bunga ini rusak parah, sehingga pembudi daya mengalami keterpurukan, namun sekarang mulai bangkit, dan jumlah bibit tanaman bunga krisan yang dibudidayakan terus meningkat," kata pengurus bagian pemasaran Asosiasi Petani Tanaman Hias Bunga dan Daun Potong Yogyakarta (Asthabunda) Agung Ismana, Rabu.
Menurut dia, dampak erupsi Merapi 2010 mengakibatkan sebanyak 12 kumbung bunga rusak parah, bahkan beberapa di antaranya roboh serta puluhan ribu bibit krisan mati, dengan estimasi kerugian mencapai Rp350 juta.
"Pada tahap pemulihan, petani tanaman hias mendapatkan bantuan dana untuk rehabilitasi dan pengembangan budi daya dari Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar Rp600 juta," katanya.
Ia mengatakan khusus di Wonokerso, luas lahan budi daya sekitar satu hektare, dengan delapan kumbung bunga yang kapasitasnya 20.000 bibit.
"Sentra budi daya bunga krisan dan tanaman hias yang dikelola Asthabunda terdiri atas sembilan kelompok tani Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, dengan jumlah anggota sebanyak 50 orang," katanya.
Agung mengatakan jenis krisan yang dikembangkan sebanyak 18 varietas terdiri atas jenis standar (tangkai tunggal) maupun spray (tangkai banyak).
Sedangkan hasil budi daya dijual ke berbagai pelanggan kalangan florist di Kotabaru, Kota Yogyakarta, dan dekorator di wilayah DIY.
"Kendala petani bunga krisan saat ini terutama menyangkut ketersediaan bibit, karena sebelum erupsi Merapi 2010, Asthabunda melakukan pembibitan sendiri. Namun, karena indukan tanaman mati terkena erupsi, kini untuk mendapatkan bibit harus antre, dengan mendatangkan dari luar daerah seperti Pasuruan dan Ambarawa," katanya.
Ia mengatakan, selain itu kendala yang dihadapi adalah serangan jamur tanaman seperti fusarium, dan karat daun.
Namun, menurut dia, hama masih bisa diatasi dengan menyemprotkan pestisida, serta perawatan rutin yang intensif. (V001/M008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011