• Beranda
  • Berita
  • PLN ungkap alasan terapkan sistem digital pada pembangkit listrik EBT

PLN ungkap alasan terapkan sistem digital pada pembangkit listrik EBT

28 Maret 2022 15:30 WIB
PLN ungkap alasan terapkan sistem digital pada pembangkit listrik EBT
Ilustrasi: Sebuah kendaraan alat berat beroperasi di area pembangunan Pembangkit Listirk Tenaga Bayu (PLTB) di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/foc. (ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE)

Dengan masuknya era energi baru terbarukan berbasis alam, angin kencang listrik naik, angin sepoi-sepoi listrik turun, kami harus mengimbangi itu, tentu saja kami harus membangun sistem digital

PT PLN (Persero) kini menerapkan sistem digital pada pembangkit listrik guna menjawab tantangan intermitten atau ketidakstabilan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang masih bergantung pada kondisi alam dan cuaca.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan ketidakstabilan energi baru terbarukan memberikan tekanan terhadap sistem pembangkit listrik, sehingga diperlukan sistem digital untuk mengatasi tekanan itu.

"Dengan masuknya era energi baru terbarukan berbasis alam, angin kencang listrik naik, angin sepoi-sepoi listrik turun, kami harus mengimbangi itu, tentu saja kami harus membangun sistem digital. Untuk itu, selama dua tahun ini kami fokus melakukan digitalisasi," ujar Darmawan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin.

Darmawan menjelaskan bahwa dulu fluktuasi listrik hanya terjadi pada demand saja, yaitu siang konsumsi listrik naik, sore turun, malam hari naik lagi, dan tengah malam konsumsi listrik turun.

Baca juga: Pembangkit EBT berkontribusi 36 persen untuk kelistrikan Sulbagsel

Ketika masuknya pembangkit EBT, seperti listrik tenaga surya dan angin yang bersifat intermitten, membuat perseroan kian sering mengatur pengoperasian pembangkit listrik saat PLTS memproduksi listrik, maka pembangkit energi fosil yang dimiliki PLN akan diturunkan, lalu saat jam 2 siang produksi listrik PLTS turun, maka pembangkit energi fosil dipacu untuk menghasilkan listrik.

"Di pembangkit ada 5.000 sensor, dari 5.000 sensor itu harus dibangun suatu expert system, ini kepanasan, tekanan kurang, dan lain-lain langsung dilakukan koreksi. Tanpa adanya digitalisasi pembangkit tersebut, pembangkitnya menjadi kurang efisien," jelas Darmawan.

PLN telah melakukan digitalisasi pembangkit pada anak usahanya baik sistem dari PT Indonesia Power maupun PT Pembangkitan Jawa Bali yang masing-masing punya sistem digital untuk pembangkit berupa teknologi ICORE dan REOC.

Tak hanya itu PLN juga melakukan peluncuran Green Booster yang merupakan sistem digital untuk mengelola penambahan energi baru terbarukan di dalam negeri.

Baca juga: PLN bakal konversi 5.200 PLTD ke pembangkit energi terbarukan

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022