Jumlah pembiayaan utang kita merosot sangat tajam. Artinya, realisasi pembiayaan penerbitan utang kita turun hingga 66 persen dari tahun lalu
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pembiayaan anggaran negara melalui utang sepanjang Januari-Februari 2021 turun 66,1 persen menjadi Rp92,9 triliun dari Rp273,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Jumlah pembiayaan utang kita merosot sangat tajam. Artinya, realisasi pembiayaan penerbitan utang kita turun hingga 66 persen dari tahun lalu," kata Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KiTa di Jakarta, Senin.
Secara lebih rinci, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto hingga Februari 2022 tercatat Rp67,7 triliun atau 6,8 persen dari target Rp991,3 triliun, dan turun 75,1 persen dari Rp271,4 triliun pada Februari 2021.
"Ini hal yang bagus karena sekarang risiko bergeser kepada sektor keuangan, dengan adanya Fed fund rate yang meningkat, inflasi tinggi, suku bunga akan naik, dan ini akan mempengaruhi yield, tentu SBN harus kita jaga. Dan dengan penerbitan yang menurun, kita nisa menghindari sebagian dari risiko," katanya.
Pada saat yang sama, pemerintah masih memiliki kerja sama dengan Bank Indonesia dalam skema burden sharing untuk membiayai APBN.
BI tercatat telah membeli surat utang senilai Rp8,76 triliun berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) I, dengan rincian pembelian SUN senilai Rp6,06 triliun dan SBSN Rp2,70 triliun.
"SKB III BI akan dilakukan pada semester kedua (2022) sehingga memberikan penopang bagi kita untuk menghadapi situasi, volatilitas, dan risiko yang meningkat dari pasar obligasi dan kenaikan suku bunga yang meningkat dari tren global," ungkap Ani.
Porsi penarikan utang sepanjang 2022 akan terus dijaga mengingat keberadaan tekanan global yang berpotensi berdampak terhadap kondisi APBN.
Baca juga: Menkeu sebut penerimaan pajak capai Rp199,4 triliun per Februari 2022
Baca juga: Sri Mulyani: APBN Februari kembali surplus Rp19,7 triliun
Baca juga: Menkeu: Anggaran perlindungan sosial terealisasi Rp49,0 triliun
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022