"Bioplastik dari limbah sawit dapat mengurangi konsumsi produk plastik konvensional, artinya mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat sampah plastik tak terurai dan mikroplastik di lautan," kata peneliti dari PPBBI Firda Dimawarnita dalam Webinar Penguatan Industri Kelapa Sawit Berbasis Teknologi Baru Hasil Riset di Jakarta, Rabu.
Dari hasil riset Firda dan tim, bioplastik yang bisa terurai dapat dibuat dari selulosa tandan kosong kelapa sawit yang merupakan limbah industri minyak kelapa sawit.
"Potensi bahan selulosa yang tersedia melimpah karena perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya banyak tersebar di wilayah Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Transformasi ekonomi hijau, produsen wajib batasi plastik sekali pakai
Firda menuturkan potensi biomassa tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar kelapa sawit di pabrik pengolahan kelapa sawit diperkirakan mencapai 58,3 juta ton.
Kandungan utama biomassa tandan kosong adalah 36,67 persen selulosa, 13,50 persen hemiselulosa dan 31,16 persen lignin.
Bioplastik dapat digunakan secara luas terutama pada industri makanan minuman, dan kemasan terutama kemasan sekali pakai, dan alat makan.
Produk bioplastik dari sawit diharapkan memiliki harga yang bisa bersaing dengan harga produk bioplastik yang sudah ada dan mendekati harga plastik konvensional.
Bijih bioplastik dengan berbagai rasio selulosa-pati berhasil dibuat dengan mesin twin-screw ekstruder. Bijih bioplastik juga berhasil dibuat menjadi prototipe produk jadi menggunakan teknik injection molding.
Pada tahap awal selulosa diisolasi, dimurnikan dan dimodifikasi dari tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan bioplastik sawit. Compounding selulosa sawit dengan matrik biopolimer dilakukan untuk memproduksi bioplastik sawit dengan teknik ekstrusi.
Baca juga: Kementerian LHK: Penanganan sampah plastik jadi tantangan global
Beberapa produk turunan yang telah berhasil dibuat dari tandan kosong kelapa sawit, antara lain pulp, selulosa sawit, selulosa termodifikasi, campuran selulosa pati, bijih bioplastik, prototipe lembaran bioplastik sawit, dan prototipe produk jadi dengan teknik injection molding.
Bijih bioplastik juga telah berhasil diolah menjadi prototipe kantong bioplastik.
Kemudian, tahapan berlanjut hingga tahap kedua, yang meliputi penyempurnaan metode purifikasi dan modifikasi selulosa, dan perbaikan prototipe lembaran bioplastik, pengembangan produk jadi bioplastik dengan teknik injection molding.
Kegiatan dalam tahapan tersebut juga termasuk uji biodegradasi bioplastik dengan metode ISO 14855, dan rancang bangun mesin compounding bioplastik dan compounding bioplastik komposit. Selulosa telah diperoleh dengan tingkat kemurnian lebih dari 90 persen.
Perbaikan kualitas lembaran bioplastik dilakukan dengan menggunakan kombinasi plastisizer glyserol, sorbitol dan aditif. Kombinasi plastisizer menurunkan sifat higroskopis bioplastik, sehingga prototipe bioplastik lebih tahan terhadap air.
Bioplastik terbukti bisa terdegradasi pada pengujian pengomposan terkontrol dalam waktu 32 hari.
Baca juga: 23 ribu UMKM di Surabaya diminta dilibatkan pengurangan sampah plastik
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022