• Beranda
  • Berita
  • Regenerasi dan pembajakan jadi tantangan di industri perfilman

Regenerasi dan pembajakan jadi tantangan di industri perfilman

31 Maret 2022 08:43 WIB
Regenerasi dan pembajakan jadi tantangan di industri perfilman
Film "Penyalin Cahaya" (ANTARA/Netflix)
Produser film dan Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) Edwin Nazir mengatakan regenerasi pembuat film dan pembajakan masih menjadi dua tantangan besar di industri perfilman Indonesia.

"Tantangan pertama, dari sisi SDM (sumber daya manusia), kita masih kekurangan," kata Edwin dalam bincang film bersama Clubhouse, dikutip Kamis.

Baca juga: Ekosistem film Indonesia harus mampu lahirkan sineas baru

Untuk itu, ia mengajak generasi muda yang ingin terlibat di industri film untuk tidak segan terjun ke sana.

"Sehingga untuk teman-teman yang mau masuk ke industri film, pintunya terbuka sangat lebar. Regenerasi juga terus berjalan sekarang. Kita masih butuh banyak SDM berkualitas," ujar produser film "The Science of Fictions" (2019) tersebut.

Lebih lanjut, Edwin mengatakan pembajakan film di tengah maraknya platform streaming legal juga masih menjadi isu saat ini. Ia mengatakan, pembajakan karya dampaknya sangat besar bagi potensi ekonomi yang dihasilkan dari produksi film.

"Masalah lama yang kita selalu berjuang untuk hadapi adalah jangan pernah menonton film bajakan. Itu salah satu masalah yang terus ada hingga kini. Riset dari BEKRAF mengatakan kerugian yang diakibatkan pembajakan film adalah sebesar Rp1,4 triliun. Ini adalah potensi ekonomi yang hilang," jelas Edwin.

Baca juga: Delapan film pendek peraih penghargaan internasional yang wajib tonton

Baginya, pembajakan berpengaruh pada keberlangsungan ekosistem film pada umumnya, mengingat rantai ekosistem tersebut adalah siklus yang panjang.

"Ini adalah siklus yang panjang. Dengan apresiasi penonton yang besar, nantinya akan ada pengarsipan yang lebih baik untuk teman-teman di sekolah film," kata Edwin.

"Dari situ akan melahirkan SDM berkualitas dan banyak, lalu mereka membuat produksi film yang lebih baik dan beragam, dan itu nanti juga akan kembali ke penontonnya. Siklus ini melahirkan lebih banyak lagi film-film yang berkualitas dan genre yang beragam," imbuhnya.

Ia kemudian mengajak penikmat film untuk mengapresiasi karya audio-visual tersebut melalui platform streaming yang menayangkan film dan konten lainnya secara legal.

"Platform streaming resmi semakin banyak dengan biaya langganan yang bersaing. Jadi kayaknya tidak ada alasan untuk tidak berlangganan resmi dan memilih bajakan. Selain lebih nyaman, kita juga lebih tenang karena (platformnya) bebas dari virus, dan lainnya," kata Edwin. 



Baca juga: Kemenparekraf dukung restorasi film untuk bangkitkan bioskop nasional

Baca juga: Gus AMI ajak milenial menonton Film "Tjoet Nja' Dhien"

Baca juga: Hari Film Nasional dan refleksi pentingnya sinema Indonesia

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022