Indonesia hadapi ledakan penduduk usia lanjut

11 Oktober 2011 21:32 WIB
Indonesia hadapi ledakan penduduk usia lanjut
Prof. Dr. Emil Salim (ANTARA/Wildan Anjarbakti)
Sanur (ANTARA News) - Indonesia mulai memasuki masa ledakan penduduk usia lanjut dan perlu segera mengantisipasinya agar tidak semakin menjadi beban bagi usia produktif, kata Pakar Ekonomi Prof Dr Emil Salim.

"Jangan yang tua jadi beban yang muda, karena itu lanjut usia harus tetap produktif," kata Emil saat membuka Konferensi Internasional "Population Aging Explosion: Opportunities and Challenges" yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Sanur Bali, Selasa.

Emil yang juga anggota Komisi Ilmu Sosial AIPI mengimbau agar para lanjut usia tetap mampu memanfaatkan potensinya agar tidak tergantung pada orang lain.

Sementara itu Ketua Komisi Kedokteran AIPI yang juga Ketua Panitia Sjamsuhidajat Ronokusumo mengatakan struktur penduduk terus berubah bukan saja soal angka kelahiran dan kematian, tapi juga soal struktur usia dimana di hampir setiap negara kelompok usia di atas 60 tahun meningkat pesat melebihi kelompok usia lain.

Sebagai contoh pada 2010, dari 6,9 miliar jiwa di dunia, ada 759 juta (11 persen) yang berusia di atas 60 tahun dengan 105 juta (1,5 persen) berusia di atas 80 tahun.

Pada 2050, diperkirakan dari 9,1 miliar warga bumi, dua miliar (22 persen) akan berusia di atas 60 tahun dan hampir 400 juta (4 persen) berusia di atas 80 tahun (World Population Prospects, PBB).

Jika struktur usia di atas 60 tahun di negara maju diperkirakan tumbuh sekitar 50 persen (dari 22 ke 33 persen) antara 2010 dan 2050, maka di negara dengan pendapatan menengah tumbuh lebih tinggi lagi, dari sembilan persen ke 20 persen.

Fakta ledakan ini berimplikasi ke berbagai segmen seperti asuransi kesehatan, infrastruktur yang nyaman bagi lanjut usia, dan membutuhkan paradigma yang berubah yakni usia lanjut yang lebih aktif, mandiri dan produktif dibanding generasi sebelumnya.

"Kelompok lanjut usia seharusnya lebih diakui potensinya dan tidak lagi diidentikkan dengan sakit-sakitan, ketidakmampuan melakukan apa-apa, serta ketergantungan," katanya.

Masyarakat tentu saja akan mendapat banyak keuntungan dari para manula yang tetap sehat, aktif dan mandiri itu. Karena itu pemerintah, masyarakat hingga para akademisi perlu memberi perhatian dan kemudian memberi solusi terhadap masalah yang semakin menyeruak ini, tambahnya.
(T.D009/Z003)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011