"Temuan survei Polmatrix Indonesia menunjukkan elektabilitas Jokowi paling tinggi yaitu mencapai 40,5 persen," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dengan capaian tersebut, elektabilitas nama-nama yang kerap muncul dalam bursa Calon Presiden (Capres) 2024 tertekan. Misalnya, Prabowo Subianto, pada survei Desember 2021 tercatat meraih 19,5 persen, tetapi kini melorot menjadi 12,8 persen.
Demikian juga dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang unggul pada survei Desember 2021 sebesar 19,5 persen namun anjlok hingga turun menjadi 9,5 persen.
Baca juga: Survei Y-Publica: Elektabilitas Jokowi tertinggi dari tokoh lain
Berbeda dengan dua nama tersebut, elektabilitas Ketua DPR RI Puan Maharani justru mulai merangkak naik. Sebelumnya, politisi PDI-P tersebut hanya meraih elektabilitas 1,4 persen namun kini naik hingga 3,0 persen.
Kendati elektabilitas mantan Wali Kota Solo tersebut tinggi atau mengalahkan nama-nama lainnya, Jokowi tidak bisa maju sebagai presiden karena terbentur konstitusi.
Masih menurut Dendik, secara politik, manuver sejumlah elite politik untuk mendorong Jokowi tiga periode dapat berbenturan dengan rencana koalisi PDIP-Gerindra untuk mengusung Prabowo-Puan.
Baca juga: Survei Y-Publica: Kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi naik
Realitas politik juga menunjukkan bahwa kemenangan Jokowi dalam dua pemilihan umum berturut-turut disokong kuat oleh PDI-P, kata dia.
Secara lengkap, posisi empat dan lima besar masing-masing ditempati Anies Baswedan dengan raihan elektabilitas 9,0 persen dan Ridwan Kamil 4,7 persen. Selanjutnya Sandiaga Uno 2,9 persen, Erick Thohir 2,3 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono 2,0 persen.
Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada 11 hingga 20 Maret 2022 kepada 2.000 responden yang mewakili 34 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sekitar 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Survei LSP: Masyarakat Indonesia puas dengan kinerja pemerintah
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022