• Beranda
  • Berita
  • Transformasi bisnis Pupuk Indonesia dongkrak EBITDA 2021

Transformasi bisnis Pupuk Indonesia dongkrak EBITDA 2021

1 April 2022 15:52 WIB
Transformasi bisnis Pupuk Indonesia dongkrak EBITDA 2021
Gedung kantor Pupuk Indonesia. ANTARA/HO-Pupuk Indonesia/am.

Lewat program retail management, kami memperkenalkan dan memudahkan akses produk-produk non subsidi kepada petani, memberikan benefit model bagi kios dan distributor...

PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatatkan peningkatan kinerja EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, pada tahun 2021 sebesar 41 persen atau senilai Rp13,91 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp9,81 triliun lantaran transformasi bisnis yang dilakukan perseroan.

SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan program transformasi yang dilakukan telah menimbulkan dampak yang positif terhadap peningkatan EBITDA dibandingkan baseline tahun 2020.

Total EBITDA uplift dari program transformasi mencapai Rp1,03 triliun. Angka tersebut berasal dari program-program seperti transformasi digital, retail management, Program Makmur, sentralisasi pengadaan dan pemasaran, optimalisasi aset, dan program digitalisasi rantai pasok.

Wijaya menjelaskan salah satu pilar strategi perusahaan adalah menjadi perusahaan yang lebih konsumen sentris atau fokus pada pelanggan.

Melalui strategi ini, Pupuk Indonesia berupaya menjadi perusahaan yang semakin memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan, termasuk memberikan pelayanan lengkap kepada pelanggan, khususnya petani.

“Lewat program retail management, kami memperkenalkan dan memudahkan akses produk-produk non subsidi kepada petani, memberikan benefit model bagi kios dan distributor, serta meningkatkan program kerjasama promosi dengan kios-kios. Dan yang terpenting adalah meningkatkan jaminan ketersediaan produk di kios," kata Wijaya.

Program retail management dan juga Program Makmur, kata Wijaya, berkontribusi besar terhadap peningkatan penjualan pupuk ritel yaitu total sebesar 390 ribu ton urea dan 247 ribu ton NPK.

"Selain itu didukung juga dengan digitalisasi di berbagai bidang yang turut meningkatkan efisiensi supply chain, serta perubahan model bisnis menjadi activist holding yang dapat menyelaraskan operasional anak perusahaan dengan strategi holding," kata Wijaya.

Program lain yang berkontribusi besar terhadap peningkatan EBITDA adalah sentralisasi pengadaan dan pemasaran.

“Lewat program ini, kami dapat lebih baik mengoptimalisasi rantai pasok di perusahaan. Mulai dari pengadaan bahan baku, jadwal perbaikan pabrik, permintaan pasar, potensi ekspor dan lain sebagainya. Sehingga baik proses pengadaan bahan baku maupun penjualan produk betul-betul memberikan hasil yang optimal," katanya.

Peningkatan EBITDA tersebut juga turut didorong oleh program transformasi digital,  diantaranya adalah implementasi data sains, optimalisasi distribusi dan pergudangan (logistik) dengan menggunakan perangkat digital, pemanfaatan aplikasi digital penebusan pupuk komersil online Retail Management System (RMS) di berbagai daerah, hingga digitalisasi monitoring rantai pasok.

Wijaya mengatakan ke depannya Pupuk Indonesia akan terus merealisasikan berbagai program transformasi bisnis lainnya untuk meningkatkan EBITDA, diantaranya adalah dengan terus mendekatkan diri dengan pelanggan dan meningkatkan realisasi penjualan pupuk retail komersil, memperluas program Makmur menjadi 250 ribu hektar, hingga diversifikasi usaha produk non-pupuk dengan melakukan revamping pabrik PT Pupuk Kaltim (PKT-2), operasional pabrik Ammonium Nitrate PKT, serta pabrik NPK PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).

“Selain itu, upaya peningkatan EBITDA ini juga akan kami lakukan melalui sejumlah penghematan, yaitu melalui Cost Production Program atau CRP di berbagai lini,” ujar Wijaya.

Baca juga: Pupuk Indonesia ungkap upaya jaga keseimbangan bisnis di era pandemi
Baca juga: Setahun kepemimpinan Erick, Pupuk Indonesia bukukan kinerja positif

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022