Para pengusaha tersebut berada di Indonesia dari tanggal 19 hingga 28 Oktober guna melakukan penjajakan peluang kerja sama di bidang perbankan syariah di Indonesia dan pengusaha lainnya menindaklanjuti rencana pembangunan pabrik ban di luar Jakarta, yaitu di wilayah Cikarang atau Karawang dengan nilai investasi berkisar 90 juta dollar AS dan pendirian pabrik penyulingan (refinery) CPO di Riau dengan nilai investasi berkisar 100 juta dollar .
Sekretaris Pertama/ Konsul Fungsi Pensosbud KJRI Dubai, Adiguna Wijaya dalam keterangannya kepada ANTARA London, Kamis KJRI Dubai bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan Luar Negeri UAE (MoFT) dan Dubai Export Development Corporation (DEDC) didukung Direktorat Timur Tengah?Ditjen Asia Pasifik dan Afrika?Kementerian Luar Negeri RI memfasilitasi kunjungan Delegasi Misi Dagang dan Keuangan Syariah asal United Arab Emirates (UAE) ke Indonesia .
Diharapkan akan terjadinya transaksi bisnis antar kedua negara (Indonesia-United Arab Emirates) khususnya di sektor perbankan dan keuangan syariah, mengingat para eksekutif perbankan syariah tersebut adalah pemain utama dalam dunia perbankan di UAE dan di wilayah GCC.
Sementara itu, Indonesia sebagai negara dengan economic performance terbesar ke-3 di Asia dan ke-17 di dunia dengan pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu 6.1 persen tahun 2010 merupakan destinasi yang paling diminati bagi kalangan dunia usaha untuk investasi.
Para CEO/ eksekutif manager tersebut dijadwalkan akan menghadiri pembukaan Trade Expo Indonesia 2011 di Kemayoran JIExpo Center?Jakarta pada hari ini dan bertemu dengan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI. Delegasi juga akan melakukan courtesy dengan Kementerian Keuangan.
Selain itu juga bertemu Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ketua Umum KADIN Pusat, para Direktur Utama bank-bank milik negara seperti Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Ketua Asosiasi terkait antara lain Ikatan Banker Indonesia (IBI), Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) serta pihak-pihak terkait lainnya yang bertalian dengan masalah finansial.
Mereka juga dijadwalkan mengikuti seminar sehari di Hotel Indonesia Kempinski, dengan tema ?Indonesia?s Islamic Financial Services : Opportunities and Challenges ?. Seminar tersebut akan dihadiri oleh Under Secretary Kementerian Perdagangan Luar Negeri UAE, DEDC, KPMG, pelaku perbankan kedua negara dan otoritas perbankan, keuangan, fiskal dan perpajakan Indonesia yang akan dibuka oleh Deputy Gubernur Bank Indonesia.
Misi utama kunjungan Delegasi UAE Islamic Financial Services antara lain untuk menjajaki lebih jauh mengenai potensi dan peluang investasi pada sektor perbankan dan keuangan syariah di Indonesia dengan tujuan untuk membuka peluang bisnis bagi masing-masing pengusaha untuk menanamkan investasinya ke Indonesia. Beberapa hal yang mendasari kunjungan Delegasi UIFS antara lain pertumbuhan perekonomian Indonesia yang sangat kondusif dan atraktif bagi investasi dan perdagangan.
Posisi strategis dan stabilitas politik-ekonomi menjadikan Dubai sebagai hub atau pusat lalu lintas barang, jasa, manusia dan uang. Kenyataan ini semakin dikuatkan dengan krisis politik-ekonomi di beberapa negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara seperti Suriah, Mesir, Tunisia, Libya, yang telah memaksa ratusan milyar dollar kapital dipindahkan ke Dubai.
Kondisi krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda Eropa dan Amerika akhir-akhir ini menjadikan kawasan Asia terutama Indonesia sebagai sasaran destinasi bagi aliran dana para pemilik modal tersebut.
Di luar dana investasi yang berasal dari luar UAE, kekuatan keuangan UAE dengan produksi minyak mentah lebih dari 3 juta barrel per hari juga patut mendapat perhatian. Salah satu delegasi UIFS adalah Al Hilal Bank, milik Sheikh Khalifa Bin Zayed Al Nahyan, Presiden UAE merangkap Ruler Emirat Abu Dhabi, dengan aset triliyunan dollar.
Dari kunjungan Delegasi UIFS ke Indonesia ini diharapkan akan adanya pemahaman yang lebih baik mengenai potensi investasi keuangan syariah dan sektor lainnya di Indonesia dengan segala kelebihan dan keuntungannya sehingga dapat langsung menarik minat para investor UAE tersebut untuk menanamkan modalnya. Dengan demikian tidaklah berlebihan jika dari kunjungan tersebut pada akhirnya akan dapat menghasilkan kesepakatan bisnis dan transaksi konkrit.
Tercatat total volume perdagangan kedua negara mengalami peningkatan 26,40 persen, dari 1.555.871,80 dolar AS pada tahun 2009 menjadi 1.962.786,000 dolar AS. Seluruh produk barang-barang Indonesia pada umumnya masih kompetitif dan paling dicari di pasar UEA dan dire-ekspor ke negara-negara GCC, Eropa, Asia Selatan dan Afrika.
Produk unggulan Indonesia di UAE adalah sebagai berikut: emas dan mutiara, perhiasan, kendaraan seperti Toyota Innova, Toyota Fortuner dan suku cadang kendaraan bermotor, ban, karet dan produk turunannya, furnitur, peralatan elektronik, kopi, coklat, alas kaki, kulit dan produk derivatif, peralatan kesehatan, alat tulis, tekstil dan produk turunannya. (ZG)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011