"Isu itu berpotensi menyulut panic buying. Kelangkaan Pertalite di berbagai SPBU barangkali merupakan panic buying setelah mengetahui isu tersebut," kata Fahmi saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Saat ini isu kenaikan harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram kian nyaring terdengar, meski pemerintah secara resmi belum memutuskan apakah harga dua komoditas energi itu benar-benar jadi naik.
Fahmy meminta supaya harga Pertalite dan gas melon tidak dinaikkan dalam waktu dekat. Pemerintah perlu menunggu sampai harga minyak dunia sudah mencapai keseimbangan pasar.
Baca juga: Menko Luhut ungkap sinyal kenaikan harga Pertalite hingga LPG 3 kg
Baca juga: Menko Luhut ungkap sinyal kenaikan harga Pertalite hingga LPG 3 kg
"Kenaikan Pertalite dan gas melon akan menaikkan inflasi dan makin memperburuk daya beli masyarakat serta memperberat beban rakyat, terutama rakyat miskin," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan ekonom dari Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet.
Ia mengatakan tanpa memasukkan faktor kenaikan harga Pertalite dan elpiji, tekanan inflasi sudah relatif tinggi karena dipengaruhi oleh beragam hal, termasuk di dalamnya kenaikan harga energi global, kebijakan tarif PPN, harga Pertamax yang sudah naik terlebih dahulu dan pola musiman ketika bulan Ramadhan.
"Sekarang ditambah wacana kenaikan Pertalite dan elpiji tentu tekanan terhadap inflasi di tahun ini berpeluang semakin lebih tinggi. Tentu yang perlu diwaspadai apakah kenaikan inflasi ini masih bisa dikompensasi oleh daya beli masyarakat," jelas Yusuf.
Baca juga: Pertamina salurkan Pertalite sesuai kebutuhan dan stok aman
Baca juga: Pertamina salurkan Pertalite sesuai kebutuhan dan stok aman
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022