Minyak mentah berjangka Brent naik 13 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 100,71 dolar AS per barel pada pukul 01.39 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 35 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 96,38 dolar AS per barel.
Analis mengatakan pelepasan minyak darurat, berjumlah sekitar 1 juta barel per hari dari Mei hingga akhir tahun, mungkin membatasi kenaikan harga dalam jangka pendek, tetapi tidak akan sepenuhnya menutupi volume yang hilang dari Rusia karena sanksi atas invasinya ke Ukraina yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus".
"Meskipun ini adalah rilis terbesar sejak stok dibuat pada tahun 1980, namun pada akhirnya akan gagal mengubah fundamental di pasar minyak. Kemungkinan akan menunda peningkatan lebih lanjut dalam produksi dari produsen-produsen utama," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Rilis tersebut dapat menghalangi produsen, termasuk Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen serpih AS, untuk mempercepat peningkatan produksi bahkan dengan harga minyak sekitar 100 dolar AS per barel, kata mereka.
Pada saat yang sama, pertimbangan Uni Eropa tentang larangan minyak Rusia, menyusul rencananya untuk embargo batu bara Rusia, akan membatasi penurunan harga minyak dalam waktu dekat.
"Di pengadilan opini publik, tekanan meningkat pada Brussels untuk bertindak, dan jika katup tekanan itu muncul dan sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia, kita bisa melihat minyak mentah Brent di 120 dolar AS dalam sekejap," Stephen Innes, direktur pelaksana SPI Asset Management mengatakan dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak jatuh, dipicu pengumuman AS lepas cadangan minyaknya
Baca juga: Minyak jatuh 2 persen saat Uni Eropa gagal boikot minyak mentah Rusia
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022