• Beranda
  • Berita
  • 200 spesies anggrek baru ditemukan di Taman Eden

200 spesies anggrek baru ditemukan di Taman Eden

23 Oktober 2011 09:28 WIB
200 spesies anggrek baru ditemukan di Taman Eden
Ilustrasi. (ANTARA/R. Rekotomo)
Toba Samosir, Sumut (ANTARA News) - Spesies baru anggrek berhasil ditemukan di hutan wisata Taman Eden di Desa Sionggang, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, setelah peneliti anggrek melakukan penelitian selama empat tahun di daerah itu.

"Kami berhasil mengidentifikasi hampir 200 spesies tanaman anggrek hutan, setelah melakukan penelitian hampir selama empat tahun dan sengaja belum mempublikasikannya demi kepentingan pelestarian," kata Ria Telambanua, seorang praktisi anggrek di Lumban Julu, Minggu.

Sebab menurutnya, biasanya jika muncul spesies baru, selalu diikuti eksploitasi besar-besaran dari habitat aslinya.

Ia mengatakan, penemuan spesies baru tersebut melalui penelitian bersama Michele Sirait, dan mereka telah melakukan berbagai identifikasi atas beberapa karakter morfologi tumbuhan tersebut dengan menggunakan berbagai katalog serta hasil diskusi dengan sejumlah pakar.

"Wilayah ini merupakan sorga anggrek yang menyimpan kekayaan alam sangat luar biasa, sebab masih terdapat ribuan spesies anggrek lainnya yang belum terindentifikasi," ujar Ria.

Dikatakannya, spesies baru hasil penemuan mereka, semuanya sudah dibukukan dan rencananya akan diluncurkan pada akhir bulan November 2011 serta royalty atas hasil penjualannya sebagian akan disumbangkan bagi para praktisi anggrek yang peduli lingkungan.

Penemuan spesies baru di kawasan hutan Taman Eden tersebut, menurutnya perlu dilestarikan, sebab di sisi lain, diharapkan menjadi sumber ekonomi pencarian bagi penduduk setempat, karena nilai ekonomi dari komoditas itu cukup tinggi.

Bayangkan jika di Jakarta, lanjut Ria, kios penjual bunga sepanjang komplek Taman Mini Indonesia memasang harga mencapai Rp250 ribu, sementara di sini teronggok seolah barang tidak bernilai, karena belum banyak mendapat perhatian padahal memiliki nilai ekonomis cukup tinggi.

"Saya beruntung diberi kewenangan mengusahai hampir seluas dua hektar untuk mengelola tanaman anggrek di taman ini, karena tanaman ini bersifat endemik bisa tumbuh sendiri, meski tidak semuanya bisa berbunga," katanya.

Michele menambahkan, dulunya, anggrek cukup banyak berperan dalam pengembangan tehnik pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan, hingga pada permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek banyak dilakukan karena keindahan tanaman tersebut.

Ia menuturkan, anggrek sering digunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan dan keindahan. Bahkan, bangsa Yunani membuatnya sebagai simbol kejantanan, sementara zaman dulu bangsa Tiongkok mempercayai aroma harum yang dikeluarkannya berasal dari tubuh kaisar.

(ANT-219)


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011