Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan stabilitas sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yakni perang antara Ukraina dan Rusia.Stabilitas sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang di Ukraina.
“Stabilitas sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang di Ukraina,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Stabilitas sistem keuangan Indonesia yang normal ini ditunjukkan oleh pemulihan ekonomi yang tetap terjaga terutama ditopang dengan semakin baiknya penanganan COVID-19.
Baca juga: Sri Mulyani sebut kolaborasi G20 maupun ASEAN perlu terus diperkuat
Penurunan kasus dan penanganan COVID-19 yang baik diikuti oleh pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat yang akhirnya semakin mendorong kegiatan perekonomian dalam negeri.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diperkirakan tetap kuat yang didukung oleh kegiatan konsumsi masyarakat atau rumah tangga, kegiatan investasi serta dukungan belanja pemerintah.
Indikator stabilitas sistem keuangan turut tercermin dari kinerja ekspor yang mengalami peningkatan sangat signifikan.
Sri Mulyani menuturkan peningkatan ekspor itu akan tetap diwaspadai seiring perkembangan perdagangan global dan pertumbuhan ekonomi global yang terancam akibat perang di Ukraina.
Sejumlah indikator ekonomi hingga awal Maret 2022 juga tercatat baik seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor, konsumsi semen dan konsumsi listrik.
Baca juga: ASEAN sepakat dorong stabilitas dan integrasi keuangan di AFMGM
Sementara itu dari sisi eksternal, surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 meningkat mencapai 3,83 miliar dolar AS didukung oleh surplus neraca perdagangan non migas terutama dengan meningkatnya harga-harga komoditas global seperti batu bara, besi, baja serta CPO.
Di sisi lain, dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global dan aliran modal asing ke pasar keuangan domestik yang mengalami tekanan maka investasi portofolio mengalami net outflow 1,3 miliar dolar AS sampai 31 Maret 2022.
Meski demikian, tekanan net outflow ini bila dibandingkan dengan emerging market lain yang juga mengalami net outflow masih relatif lebih rendah atau lebih baik.
Untuk cadangan devisa Indonesia pada posisi Maret 2022 pun tetap di tingkat yang tinggi yaitu mencapai 139,1 miliar dolar AS yang setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah.
Standar ini berada di atas standar kecukupan internasional yang biasanya dihitung pada sekitar tiga bulan kebutuhan impor.
“Jadi lebih dari dua kali lipat dari standar kecukupan internasional,” ujar Sri Mulyani.
Selanjutnya, nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global meski pada triwulan I-2022 mengalami sedikit depresiasi sebesar 0,33 persen secara rata-rata dibandingkan posisi akhir 2021.
Depresiasi rupiah tersebut lebih rendah dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti ringgit Malaysia 1,15 persen (ytd), rupee India 1,73 persen (ytd) dan baht Thailand 3,15 persen (ytd).
Terakhir, inflasi Indonesia hingga Maret 2022 juga tetap terkendali pada tingkat 2,64 persen (yoy) didukung oleh masih cukup terkendalinya sisi penawaran dalam merespon kenaikan permintaan.
“Dan juga tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah, serta berbagai respon kebijakan pemerintah terutama dalam menjaga barang-barang yang diatur pemerintah atau administered price,” jelasnya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022