• Beranda
  • Berita
  • BI tegaskan kebijakan moneter tak respons "first round impact" inflasi

BI tegaskan kebijakan moneter tak respons "first round impact" inflasi

13 April 2022 10:50 WIB
BI tegaskan kebijakan moneter tak respons "first round impact" inflasi
Tangkapan layar - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 di Jakarta, Selasa (13/04/2022). ANTARA/Youtube KSSK/pri.

Yang kami respons adalah dampak rambatannya jika inflasi berdampak ke fundamental, di mana indikatornya adalah inflasi inti.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa kebijakan moneter BI, terutama suku bunga acuan, tidak akan merespons first round impact alias dampak pertama dari kenaikan harga yang terjadi saat ini.

"Yang kami respons adalah dampak rambatannya jika inflasi berdampak ke fundamental, di mana indikatornya adalah inflasi inti," tegas Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 di Jakarta, Selasa.

Maka dari itu, Bank Sentral akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi.

Baca juga: BI: Cadangan devisa RI Maret turun menjadi 139,1 miliar dolar

Perry tak memungkiri tekanan geopolitik yang terjadi saat ini meningkatkan tekanan terhadap harga, terutama harga pangan dan energi.

Namun, pemerintah dan BI terus menjaga pasokan bahan makanan dan Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus memantau dan berkoordinasi secara erat agar stabilitas pangan terjaga, sehingga inflasi masih terkendali di level 2,3 persen bulan lalu,

Ia menjelaskan pihaknya bersama pemerintah akan terus memantau tekanan harga dan respons pasokan yang ada dan langkah fiskal terus dilakukan dalam merespons tekanan inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices).

Baca juga: BSBI sarankan BI dan Pemerintah tingkatkan koordinasi jaga inflasi

Respons suku bunga acuan terhadap inflasi kemungkinan akan dilakukan bersama nanti, tergantung kondisi inflasi dengan langkah-langkah normalisasi likuiditas yang saat ini sudah lakukan melalui kenaikan giro wajib minimum (GWM).

"Jadi kebijakan moneter dalam mengatasi kondisi eksternal adalah melalui stabilitas nilai tukar rupiah, normalisasi likuiditas, dan ke depannya sesuai perkiraan inflasi bagaimana menakar suku bunga acuan yang sejauh ini kami akan pertahankan 3,5 persen sampai ada tanda tanda kenaikan inflasi," tuturnya.

Dengan demikian secara keseluruhan tahun ini, ia memperkirakan inflasi masih akan berada dalam target sasaran dua persen sampai empat persen.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022