Sebanyak 18 orang asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan pekerja tambang di Papua Barat, dinyatakan meninggal dunia setelah truk yang ditumpanginya menabrak gunung di KM 10 Pegunungan Arfak ketika hendak ke pusat kota.Total ada 79 orang yang menumpang truk tersebut saat hendak ke pusat kota
"Total ada 79 orang yang menumpang truk tersebut saat hendak ke pusat kota," kata Ketua Kerukunan Flores, Lembata, Timor, Rote, Alor (Flobamora) Clinton Tallo saat dihubungi dari Kupang, Rabu.
Ia mengatakan bahwa saat ini sejumlah korban kecelakaan tersebut nama-namanya sedang dalam pendataan, sehingga rilis soal nama-nama akan disampaikan kemudian.
Namun, kata dia, kini ada sekitar 10 orang yang masih dalam kondisi kritis dan masih dirawat intensif oleh petugas kesehatan di daerah tersebut.
"Untuk nama-nama korban kami masih koordinasi dulu dengan pihak terkait," tambah dia.
Ia merinci dari 18 orang mengalami kecelakaan dan meninggal dunia itu terdapat 16 orang berasal dari Kabupaten Belu dan Malaka, satu orang dari Amarasi Kabupaten Kupang, satu orang lagi dari kabupaten Sikka.
Para pekerja itu itu ujar dia adalah warga yang bekerja di tambang pada perusahaan milik Toko Tengah, Manokwari.
Terkait rencana penguburan sejumlah korban itu, ia mengatakan bahwa nantinya akan dibawa ke NTT menggunakan pesawat charter dan saat ini sedang dalam persiapan.
"Segala biaya kepulangan jenasah nanti akan ditanggung semua oleh pihak perusahaan tempat mereka bekerja," tambahnya.
Sesuai jadwal nantinya jenazah akan diberangkatkan pada Kamis (14/4) besok menggunakan pesawat Lion Air pukul 14.00 WTA.
"Malam ini seluruh jenazah akan disemayamkan di sekretariat keluarga Flobamora di Manokwari untuk selanjutnya besok diterbangkan ke NTT," demikian Clinton Tallo.
Baca juga: Kecelakaan truk menewaskan 16 orang di Pegunungan Arfak Papua Barat
Baca juga: Satu penambang emas meninggal diserang OTK di Pegunungan Bintang
Baca juga: Dua pekerja tambang timah di Belitung Timur dilaporkan tertimbun
Baca juga: Tim SAR cari pekerja tambang nikel terseret longsor di Morowali Utara
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022