"Kami sangat menyambut baik bantuan yang difokuskan kepada kelompok menengah ke bawah. Karena mereka paling terdampak COVID-19 dan belum pulih," katanya dalam virtual talkshow bertajuk "Tinjauan Ekonomi, Keuangan, dan Fiskal" yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan riset DRI pada Maret 2022, masyarakat dengan pendapatan di bawah Rp1,5 juta mengalami penurunan pendapatan dibandingkan 6 bulan lalu karena penurunan aktivitas pada awal tahun akibat penyebaran COVID-19 varian Omicron.
Sedangkan pendapatan masyarakat yang berkisar Rp1,5 sampai Rp3 juta dan pendapatan masyarakat di atas Rp3 juta cenderung tetap.
Pada saat yang sama, sebagian besar masyarakat atau 76,10 persen dari jumlah responden DRI mengkhawatirkan kenaikan harga sembako dapat menghambat pemulihan ekonomi di daerah mereka.
"Kalau melihat tren tahun ke tahun, inflasi tertinggi terjadi di Idul Fitri. Jadi dengan krisis energi yang juga meningkatkan harga-harga komodias, masyarakat merasa kenaikan harga adalah faktor yang paling memengaruhi penurunan pemulihan ekonomi di wilayah mereka," katanya.
Masih sulitnya lapangan pekerjaan dan wabah penyakit juga menjadi faktor lain yang dikhawatirkan masyarakat dapat menahan laju pemulihan ekonomi di wilayah mereka.
Di sisi lain, masyarakat juga memperkirakan kenaikan harga sembako akan berlanjut sampai 6 bulan ke depan karena terdapat tren peningkatan inflasi secara global dan konflik geopolitik.
"Di tengah kenaikan harga dan masih terbatasnya lapangan pekerjaan, sebagian masyarakat dengan gaji di bawah Rp1,5 juta sampai Rp3 juta tidak memiliki tabungan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga kami sangat menyambut baik bantuan pemerintah untuk mereka," ucapnya.
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022