• Beranda
  • Berita
  • Bapanas akan optimalkan peran Bulog cadangkan pangan selain beras

Bapanas akan optimalkan peran Bulog cadangkan pangan selain beras

14 April 2022 13:06 WIB
Bapanas akan optimalkan peran Bulog cadangkan pangan selain beras
Plt Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional Risfaheri. (ANTARA/tangkapan layar)

Dengan kita punya cadangan pangan yang cukup, stok pangan yang cukup, tentu pemerintah bisa lebih mudah melakukan langkah-langkah stabilisasi pasokan maupun stabilisasi harga

Badan Pangan Nasional (Bapanas) akan mengoptimalkan peran Perum Bulog untuk melakukan cadangan pangan selain beras, guna menjaga stabilitas pasokan dan stabilitas harga pangan pokok di masyarakat.

Plt Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas Risfaheri mengatakan dalam webinar tentang pengoptimalan peran Bapanas yang diselenggarakan oleh Pataka di Jakarta, Kamis, bahwa Bulog akan melakukan pencadangan pangan layaknya beras seperti yang dilakukannya pada komoditas lainnya.

"Komoditas yang paling stabil harganya adalah beras, karena Bulog memiliki cadangan yang cukup sehingga pemerintah bisa melakukan langkah-langkah stabilisasi pasokan maupun harga beras. Tentu kalau kita ingin yang lainnya juga stabil, kita harus memiliki cadangan pangan atau stok pangan seperti halnya beras, sehingga ke depan yang delapan lagi harus bisa kita memiliki stok atau cadangan pangan," kata Risfaheri.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional, lembaga itu memiliki kewenangan mengelola sembilan komoditas pangan yaitu beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging unggas, daging ruminansia, dan cabai.

Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional, Bulog memiliki kewenangan mengelola tiga komoditas yakni padi, jagung, dan kedelai.

Oleh karena itu Bapanas akan mengoptimalkan peran Bulog dengan membuat cadangan pangan lain selain beras yakni jagung dan kedelai, agar Bulog bisa melakukan stabilisasi bila terjadi lonjakan harga di pasaran.

Baca juga: Bulog dan badan pangan perlu bersinergi perkuat stok penyangga pangan

Pada akhir 2021 terjadi lonjakan harga jagung yang berdampak pada naiknya harga telur ayam di tingkat konsumen hingga di atas 50 persen menyentuh Rp35 ribu per kg. Pada awal tahun 2022 juga terjadi lonjakan harga kedelai internasional yang menyebabkan tahu dan tempe langka di pasaran, karena perajin tak mampu membeli kedelai dengan harga tinggi.

Sementara untuk komoditas pangan lainnya, kata Risfaheri, Bapanas akan mengoptimalkan peran dari holding BUMN pangan yaitu ID Food. Namun penugasan pada holding BUMN pangan dilakukan dengan penguatan stok pangan yang pendekatannya lebih kepada komersial.

"Dengan kita punya cadangan pangan yang cukup, stok pangan yang cukup, tentu pemerintah bisa lebih mudah melakukan langkah-langkah stabilisasi pasokan maupun stabilisasi harga. Apabila kita tidak mempunyai stok, tentu kita akan mengalami kesulitan apabila terjadinya kelangkaan pasokan atau ketidakstabilan harga di pasar," kata Risfahery.

Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Ali Usman mengatakan untuk menyelesaikan beberapa masalah pangan harus terlebih dulu menyelesaikan beberapa instrumen atau neraca pangan seluruh komoditas pangan.

Ali juga berpendapat perlu adanya pembagian tugas antara operator seperti Perum Bulog maupun BUMN pangan lainnnya, guna mengamankan stok pangan pokok nasional.

Baca juga: NFA ingin Bulog bertransformasi untuk implementasi kebijakan pangan

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022