Panutan dan teladan umat Islam ini banyak diriwayatkan betapa bulan Ramadhan merupakan momentum yang spesial, sehingga Rasulullah lebih dermawan lagi pada saat bulan suci ini.
Dalam Hadits Riwayat (HR) Bukhari Nomor 1033 dan Muslim Nomor 2307, disebutkan bahwa Anas bin Malik radhiallahu 'anhu menyatakan "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan".
Keutamaan bersedekah, dalam berbagai riwayat disebutkan, antara lain dapat menghapus dosa, seperti dari HR Tirmidzi, di mana Rasulullah bersabda: "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api."
Lalu, sedekah memberi keberkahan pada harta, sesuai sabda Rasulullah, "Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya". (HR. Muslim, Nomor 2588).
Selain dimensi ilahiah, keutamaan dari sedekah, dari perspektif sosial-kemanusiaan (hablun minannas) tentu menjadi sangat substansial, terlebih bagi saudara-saudara yang sedang terdampak aneka musibah.
Saat pandemi COVID-19, sejak awal Maret 2000 hingga memasuki April 2022 -- dan masuk pada Ramadhan 1443 Hijriah -- bencana kesehatan, yang dampaknya meluas ke bencana multidimensi lain, termasuk sosial-ekonomi-kemanusiaan, belum usai.
Akibatnya, hampir semua kelompok masyarakat, khususnya dari tingkat sosial-ekonomi menengah ke bawah, masih terdampak dan merasakan kesusahannya.
Salah satu kelompok masyarakat yang terdampak itu adalah kalangan asatidz.
Dalam pemahaman umum, asatidz ini adalah para muallim (guru) mengaji, guru Al Quran, marbot (petugas khusus di masjid/mushalla), baik di lembaga pendidikan atau komunitas, dan bahkan individu.
Eksistensi para asatidz ini sangat mendasar bagi keberlanjutan pendidikan bagi generasi penerus untuk memahami kitab suci Al Quran, dengan kualitas yang lebih baik.
Direktur Pendidikan Agama Islam Kemenag Rohmat Mulyana Sapdi, dalam Workshop Tuntas Baca Tulis AlQuran (TBTQ) di Bogor, Jawa Barat, Senin (3/5/2021) mengemukakan berdasarkan data Kemenag menunjukkan masih cukup banyak siswa sekolah yang belum bisa membaca Al Quran.
Sehubungan itu, Kemenag terus berupaya meningkatkan kompetensi guru dalam pengajaran baca tulis Al Quran.
"Ini menjadi keprihatinan kita semua dengan banyaknya siswa yang tidak bisa membaca Al Quran," katanya.
Melalui workshop itu, kata Mulyana Sapdi, Kemenag berupaya meningkatkan kompetensi guru dan mendorong guru semakin giat menjalankan tugas pembelajarannya.
Kondisi sosial-ekonomi
Namun, meski peningkatan kualitas bagi guru Al Quran itu diupayakan, sisi lain yang bersamaan adalah dampak dari pandemi COVID-19 yang telah "memukul" sendi-sendi dasar kehidupan sosial-ekonomi para asatidz itu.
Melalui taklimat media pad Senin (4/5) 2020, Wakil Ketua Satgas Nasional Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) Said Aldi Al-Idrus melansir bahwa ada 100 ribu guru ngaji dan Al Quran yang perlu mendapatkan perhatian akibat dampak pandemi itu.
Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) itu meminta pemerintah pusat, provinsi, serta seluruh elemen masyarakat dan donatur membantu 100 ribu guru ngaji dan ustadz-ustadzah TK/TPA BKPRMI yang terdampak COVID-19, apalagi mereka tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah di daerahnya masing masing.
"Mereka, guru mengaji dan ustadz-ustadzah TK/TPA, adalah aset umat dan bangsa yang selama ini memberikan ilmunya dengan ikhlas untuk mencerdaskan generasi Qurani di seluruh Tanah Air," kata Said Aldi Al-Idrus.
Direktur nasional Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TK Al Quran (LPPTKA) BKPRMI H Gunawan HS menambahkan sebelum pandemi, rata-rata penghasilan guru ngaji di Indonesia sekitar Rp150 ribu hingga Rp1 juta/bulan.
Namun, sejak awal Maret 2020, penghasilan yang relatif kecil itu pun hilang total sejalan dengan tidak aktifnya proses belajar-mengajar di lembaga taman pendidikan Al Quran/balai pengajian sebagai antisipasi merebaknya virus corona.
Kondisi itu, kemudian divalidasi Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily dalam rapat kerja virtual dengan Kemenag.
Dalam kesempatan itu, ia meminta kepada pemerintah melalui Kemenag memperhatikan nasib ulama, guru ngaji dan pendakwah yang terdampak pandemi.
Persoalan nasib yang menimpa guru ngaji, guru agama, pendakwah serta ulama dan kiai itu harus menjadi fokus Kemenag dalam menghadapi permasalahan yang timbul akibat dampak pandemi.
Meski yakin mereka tidak meminta, menurut Ace Hasan Syadzily, namun negara harus hadir memikirkan mereka, yakni para guru ngaji dimaksud.
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid atas lontaran tersebut menyepakati jika persoalan nasib para guru dan tokoh agama itu pelu mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
"Kami memberikan perhatian secara khusus kepada bantuan untuk guru ngaji, marbot, ustadz dan juga para kiai kampung maupun kota yang terdampak," katanya.
Kepedulian Komunitas TAG
Salah satu elemen yang terus tergerak untuk membantu kelompok terdampak pandemi, khususnya guru ngaji dan Al Quran itu, adalah Komunitas Tahsin Al Ghazy (TAG) yang berpusat di Kota Bogor, Jabar.
Melalui Al-Ghozy Muslimah Center (AMC), kepedulian itu diwujudkan melalui program khas Ramadhan, yaitu berupa Program Bakti Sosial Ramadhan 1443 Hijriah yang diprioritaskan untuk membantu keluarga besar TAG yang membutuhkan, dan para pengajar Al-Quran yang berada di sekitar Bogor.
"Terlebih setelah harga-harga bahan pokok kian meroket, kelangkaan minyak goreng terjadi di mana-mana, tentu saja semakin memperburuk keadaan ekonomi masyarakat kita," kata Ketua Panitia Program Bakti Sosial, Vidya Iswara.
Program khas Ramadhan ini sudah memasuki tahun ketiga dalam pelaksanaannya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dana yang terkumpul bersumber dari titipan para peserta pendidikan TAG dan sebagian lainnya berasal dari para donatur di luar peserta.
Hal ini menunjukkan bahwa di tengah kondisi seperti sekarang ini, ternyata rasa kepedulian terhadap sesama masih sangat tinggi dikalangan masyarakat.
"Untuk tahun 2022 ini Alhamdulillah, dana yang terkumpul mengalami peningkatan sekitar 44,6 persen dibandingkan tahun 2021," katanya.
Jumlah totalnya sebesar Rp191.565.000 yang dialokasikan dalam bentuk paket sembako sebanyak 735 paket seharga Rp260.633/paket.
Program Bakti Sosial ini terselenggara atas kerjasama TAG bersama UMKM AMC dan 212 Mart, yang penyalurannya dilaksanakan selama dua hari (16-17/4) di 212 Mart, Yasmin, Bogor.
Adapun untuk menghindari kerumunan massa pada saat pembagian paket sembako, panitia membuat jadwal per sesi dengan alokasi waktu yang berbeda dan menegaskan agar semua penerima bansos tetap menjaga prokes sesuai aturan yang berlaku.
Sementara Ketua TAG, Ririe Rizal berharap meski bantuan yang diberikan nilainya tidak besar, tapi diharapkan manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh penerima bansos.
"Harapannya, kegiatan ini akan terus berlanjut dan semakin berkembang, tidak hanya program baksos, tapi juga pada kegiatan lainnya yang bermanfaat untuk ummat, khususnya para Muslimah," katanya.
TAG sebagai sebuah lembaga pendidikan Quran dengan tagline "Emak Zaman Now, Bisa Ngaji Itu Keren" terus berkembang dan memperluas jangkauan pengajarannya, bahkan hingga ke mancanegara, yakni di kawasan Eropa sampai AS.
Kesadaran masyarakat, terutama emak-emak, untuk terus memperbaiki cara baca Quran yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW semakin meningkat.
Inilah salah satu hikmah pandemi yang bisa menjadi peluang amal, jalan kebaikan dan semakin luasnya kebermanfaatannya.
Dengan meneladani Rasulullah terkait dengan sedekah pada Ramadhan, maka sudah sebagai umatnya selayaknya memiliki spirit dengan yang sudah dicontohkan, yakni lebih banyak memberikan bantuan kepada sesama.
Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022