Tidak ada imunisasi yang hangus, tidak perlu diulang dari awal
Pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengimbau para orang tua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal guna menghindari risiko kasus kejadian luar biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
"Imunisasi akan berpengaruh terhadap kekebalan komunitas dan akan berpengaruh untuk timbulnya kejadian luar biasa, yang ditakutkan adalah KLB campak, difteri, itu yang bisa menimbulkan kesakitan dan cacat pada anak," kata Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI Prof. DR. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) dalam konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia di Jakarta, Senin.
Hartono mengatakan bahwa imunisasi merupakan upaya pencegahan yang paling efektif untuk PD3I. Penyakit-penyakit tersebut antara lain hepatitis B, polio, tuberkulosis, campak, rubella, difteri, tetanus, portusis, haemophilus influenzae tipe B, dan seterusnya.
Baca juga: Imunisasi penting untuk kesehatan dan cegah stunting
Hartono menyebutkan bahwa berdasarkan data, sekitar 4,9 juta kematian diperkirakan bisa dicegah dengan imunisasi pada 2013 dan 2,1 juta kematian diestimasi bisa dicegah dengan diberikan imunisasi yang lengkap pada 2018. Namun dengan adanya pandemi, menurut Hartono, cakupan imunisasi menurun.
Hartono mengatakan orang tua dapat melakukan pengecekan kelengkapan imunisasi anak yang tercatat dalam kesehatan ibu dan anak (KIA) dan segera lengkapi apabila ada yang kurang.
"Tidak ada imunisasi yang hangus, tidak perlu diulang dari awal. Jadi lengkapi saja, lanjutkan apa yang kurang," tuturnya.
Pemberian imunisasi, ujar Hartono, merupakan bentuk pemenuhan hak kesehatan pada anak. Ia memastikan bahwa imunisasi aman diberikan pada anak, mengingat sekitar 192 negara sudah melaksanakan program imunisasi.
"Kalau tidak aman, tidak ada negara yang menjalankan sebanyak itu. Dengan kata lain, imunisasi terbukti efektif dan aman," tutur Hartono.
Baca juga: Orang tua diminta kejar imunisasi anak yang tertinggal
Ia menekankan penting bagi anak untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan yaitu hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio, Campak, Rubela. Selain itu, orang tua juga dapat merujuk pada jadwal imunisasi yang direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
IDAI merekomendasikan anak berusia 0 - 12 perlu mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, dan Hepatitis A. Pada usia 1-2 tahun, anak perlu diberikan vaksin MMR, Varisela, vaksin ulangan DTP-Hib-Hepatitis B.
Kemudian pada usia 24 bulan, anak perlu menerima vaksin Tifoid. Beranjak usia 9 tahun, anak juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan Dengue.
Hartono mengatakan orang tua dapat melengkapi imunisasi anak dengan mengikuti program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dilaksanakan pada bulan Mei. Tak hanya peran orang tua, Hartono juga mengimbau agar petugas kesehatan melakukan evaluasi kelengkapan imunisasi anak secara berkala.
Baca juga: Ahli sebut pemberian imunisasi ganda tidak berbahaya
Baca juga: Tak hanya anak, orang dewasa juga perlu imunisasi
Baca juga: IDAI sebut efek samping usai vaksinasi COVID-19 pada anak hanya ringan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022