"Hingga saat ini perempuan masih dikategorikan sebagai kelompok rentan yang mengalami stigmatisasi, marginalisasi, kekerasan berbasis gender dan diskriminasi serta ketimpangan dalam mendapatkan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan yang setara dengan laki-laki. Maka menjadi tugas kita bersama untuk menghapuskan berbagai bentuk diskriminasi dan kesenjangan gender bagi perempuan, khususnya di dunia kerja," ujar Menteri PPPA melalui siaran pers di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, diperlukan kerja keras bersama menghapuskan berbagai bentuk diskriminasi dan kesenjangan gender guna menciptakan SDM yang unggul dan berdaya saing.
Baca juga: KPPPA: Wujudkan kesetaraan sektor maskulin butuh sinergi banyak pihak
Bintang mengatakan budaya patriarki yang mendarah daging secara turun-temurun di masyarakat merupakan akar masalah dari ketidaksetaraan yang dirasakan oleh perempuan, meskipun UUD Tahun 1945 dan berbagai perundang-undangan lainnya telah mengamanatkan jaminan perlindungan dan kesetaraan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk perempuan.
Menteri PPPA mengatakan proses-proses pengambilan keputusan di kalangan masyarakat maupun pemerintah belum sepenuhnya berperspektif gender sehingga kebutuhan perempuan acap kali tidak terakomodasi.
Perempuan memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus, baik secara fisiologis, seperti menstruasi, hamil, dan menyusui sehingga diperlukan strategi khusus dan spesifik demi memenuhi kebutuhan tersebut.
Baca juga: Menteri PPPA : Cegah kekerasan seksual lewat pendidikan reproduksi
"Hal tersebut bukan menjadi alasan bagi siapapun untuk mengesampingkan pemenuhan kebutuhan spesifik perempuan atau bahkan memandang perempuan sebagai beban," katanya.
Menurut dia, pengarusutamaan gender di tempat kerja bukan sekadar untuk kepentingan perempuan saja, tetapi juga menunjukkan terdapat korelasi terhadap kemajuan perusahaan.
Bintang menjelaskan upaya pengarusutamaan gender juga memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa peningkatan produktivitas, kinerja pegawai dan peningkatan profit.
Lebih lanjut, ia mengatakan diperlukan keterlibatan aktif dalam memangkas praktik-praktik patriarki, terutama yang menghambat perempuan dalam menjemput berbagai kesempatan.
Baca juga: Menteri PPPA ajak dukung perempuan untuk maju
Hal tersebut penting karena perempuan adalah kekuatan dalam seluruh sendi kehidupan.
"Masa depan sebuah bangsa turut bergantung kepada sejauh mana perempuan bisa mengambil peran, menjadi pemimpin dan membuat perubahan," katanya.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022