Syariat berkurban tingkatkan sikap antikorupsi

6 November 2011 10:45 WIB
Syariat berkurban tingkatkan sikap antikorupsi
Ilustrasi (FOTO.ANTARA News/Ferly)
Pamekasan (ANTARA News) - Pengasuh Pesantren Nurul Huda Sumenep Drs KH Syaifurrahman Nawawi mengatakan, syariat berkurban yang diperintahkan Allah SWT akan menuntun manusia untuk meningkatkan kepekaan sosial dan sikap antikorupsi karena tidak mementingkan diri sendiri.

"Berkurban menuntut keikhlasan dan kerelaan hati untuk memberikan apa yang kita sayangi dan apa kita suka kepada orang lain yang memerlukan, dan itu tidak akan terjadi jika di dalam hati kita masih terselip sikap egoisme dan mau menang sendiri," katanya saat menjadi khotib shalat Idul Adha di Masjid Agung As-Syuhada, Pamekasan, Madura, Jawa Timur.

Menurut kiai yang juga dosen Sekolah Tinggi Keislaman An-Nuqayah (STIKA) Guluk-guluk, Sumenep ini, di dalam diri manusia ada dua sifat mendasar yang saling bertentangan antara keduanya, yakni sikap senang mementingkan diri sendiri atau egoisme dan sikap senang mementingkan atau menolong orang lain.

Kedua sifat ini merupakan sifat dasar manusiawi dan akan terus `berperang` dalam diri pribadi manusia untuk saling mengalahkan.

Sifat ingin menang sendiri, kata dia, sebenarnya merupakan sifat yang wajar dalam kehidupan manusia dari dimensi sebagai mahluk individu. Hal ini sangat wajar dan bahkan bisa dibilang lumrah.

"Akan tetapi jika sifat kedua, yakni lebih mementingkan orang lain justru lebih dominan, maka disitulah sebenarnya nilai kemanusiaan manusia," kata Syaifurrahman.

Sebab, kata dia, ketika manusia lebih mengedepankan kepentingan orang lain atau kepentingan publik diatas kepentingan pribadi dan mampu mengubur atau mengorbankan kepentingan pribadi, maka nilai pengabdiannya sebagai kholifah akan mengemuka.

"Dia inilah yang akan memperoleh kemuliaan nantinya, baik di hadapan manusia, lebih-lebih di hadapan Allah SWT," terang Syaifurrahman.

Prinsip senang mengedepankan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi ini tidak hanya dalam teori sosial semata, tapi juga sudah tertuang dalam tekstual normatif Al Quran.

Fakta sosial dalam sejarah awal penyebaran Islam yang dicontohkan khotib asal Sumenep ini adalah sikap mau mengalah atau mengorbankan kepentingan pribadi kaum Ansor atau kaum Muhajirin.

"Kaum Ansor dipuji oleh Allah, karena ia mau mengalah, mau mengorbankan kepentingan dirinya untuk kaum Muhajirin," katanya menjelaskan.

Dalam tataran pemerintah, sikap tidak mau mengalah dan tidak mau berkorban pada akhirnya akan menimbulkan pola hidup yang tidak sehat pula, seperti praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap putranya Nabi Ismail AS, menurut Drs KH Syaifurrahman Nawawi, merupakan bentuk teladan yang sangat mulia dan perlu menjadi panutan bagi umat Islam sebagai upaya menghapus egoisme diri.

"Jadi sejatinya hakibat berkurban yang kini menjadi syariat umat Islam ini adalah sejatinya mengandung dua manfaat, yakni menghilangkan egoisme pribadi dan hasilnya adalah meningkatkan kepekaan sosial, sebab kita lalu peduli pada mereka yang benar-benar membutuhkan uluran tangan kita," kata KH Syaifurrahman Nawawi menjelaskan.
(KR-ZIZ/E011)


Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011