Rusia menghadapi inflasi yang melonjak dan pelarian modal sambil bergulat dengan kemungkinan gagal bayar (default) utang setelah Barat memberlakukan sanksi keras terhadap Moskow karena mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari.
Pada pukul 07.29 GMT, rubel naik 0,5 persen menjadi 78,15 terhadap dolar, melayang di dekat level yang terlihat sebelum 24 Februari.
Terhadap euro, rubel bertambah 0,3 persen menjadi 83,83, menjauh dari level terendah sepanjang masa di 132,41 yang dicapai di Moscow Exchange pada 10 Maret.
Pergerakan dalam rubel secara artifisial dibatasi oleh kontrol modal yang diberlakukan Rusia pada akhir Februari 2022.
Baca juga: Rubel anjlok saat Rusia longgarkan beberapa kontrol modal
Pada Selasa (19/4/2022), bank sentral sedikit melonggarkan kontrol modal untuk perusahaan yang berfokus pada ekspor di luar sektor komoditas dan energi, memperpanjang batas waktu yang mereka butuhkan untuk mengkonversi mata uang asing ke rubel menjadi 60 hari dari tiga hari.
Langkah bank sentral dapat mengakibatkan sedikit penurunan dalam aktivitas pasar, tetapi pasokan valas yang berlebihan tetap ada dan rubel dapat menguat melewati 78 terhadap dolar, kata Analis Promsvyazbank dalam sebuah catatan.
Rubel juga akan mendapat dukungan dari pembayaran pajak karena perusahaan akan membayar pajak rekor 3 triliun rubel (37,40 miliar dolar AS) bulan ini, di mana beberapa perusahaan yang berfokus pada ekspor perlu menjual mata uang asing, menurut analis yang disurvei oleh Reuters.
Indeks saham Rusia turun, kekurangan berita positif dan ide perdagangan. Indeks RTS dalam denominasi dolar turun 1,2 persen menjadi 920,2 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 1,5 persen menjadi 2.283,2 poin.
Baca juga: Rubel Rusia menguat atas dolar, obligasi OFZ dekati tertinggi 2 bulan
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022