• Beranda
  • Berita
  • Kapolri ingatkan pandemi belum berakhir meski mudik boleh

Kapolri ingatkan pandemi belum berakhir meski mudik boleh

21 April 2022 14:01 WIB
Kapolri ingatkan pandemi belum berakhir meski mudik boleh
Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo disampingi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf membuka acara 1 juta vaksinasi booster kerja sama Polri, PBNU dan Kemenag di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (21/4/2022). ANTARA/HO-Divisi Humas Polri/am.

Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengingatkan seluruh lapisan masyarakat bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir, untuk itu masyarakat yang kini dibolehkan mudik diminta untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi primer maupun booster (penguat).

Hal ini merujuk pada situasi global, di mana China melakukan penguncian wilayah karena kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19. Sementara itu, pengalaman dua kali pelaksanaan Hari Raya di Tanah Air, biasanya dibarengi dengan peningkatan kasus COVID-19.

"China saat ini COVID-nya meningkat lagi. Mungkin seluruh rekan-rekan masyarakat melihat di China dilaksanakan lockdown, artinya masalah COVID-19 belum selesai,” kata Sigit saat menghadiri acara 1 juta vaksin booster kerja sama Pengurus Besar Nahdlatur Ulama (PBNU), Polri dan Kementerian Agama di Gedung PBNU Jakarta, Kamis.

Jenderal bintang empat itu menyampaikan, cara untuk mencegah agar libur lebaran Idul Fitri tahun ini tidak dibarengi dengan meningkatnya angka kasus COVID-19 adalah dengan semaksimal mungkin melaksanakan vaksinasi.

Sigit mengungkapkan, saat ini angka capaian vaksinasi COVID-19 dosis pertama rata-rata nasional sudah sebesar 95 persen, namun sesuai arahan Presiden Joko Widodo agar masyarakat yang sudah lewat 3 bulan vaksinasi primer (dosis 1 dan 2) perlu melaksanakan vaksinasi booster.

"Ini semua harus kita lakukan untuk menjaga agar pada saat nanti masyarakat mudik, bersilaturahmi bertemu dengan keluarga semuanya bisa memiliki tingkat imunitas yang jauh lebih baik," tuturnya.

Menurut dia, masyarakat yang telah menerima vaksin penguat, pada saat bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman, terlebih anggota keluarga yang lebih sepuh, tidak menjadi pembawa atau penular virus kepada orang tua.

"Jadi inilah kesempatan kita, mumpung waktu masih ada melaksanakan vaksin booster," kata Sigit mengajak.

Mantan Kabareskrim Polri itu juga menyampaikan, Polri memiliki program 1 juta vaksin serentak. Sebelum Ramadhan, target 1 juta dapat terealisasi, namun begitu memasuki Ramadhan, angka tersebut turun, menjadi rata-rata 700 ribu.

Ia mengakui, dalam percepatan vaksinasi COVID-19 ini, Polri menghadapi banyak kendala, terutama pro dan kontra masyarakat terkait vaksin, lalu pertanyaan-pertanyaan seputar apakah vaksinasi di Bulan Ramadhan boleh dilakukan atau tidak.

Namun, lanjut Sigit, kendala tersebut dapat teratasi berkat kerja sama dengan PBNU dan Kemenag, sehingga pelaksanaan vaksinasi booster kali ini bisa menembus angka 1,3 juta dosis.

"Karena kami mendapat dukungan dari PBNU dan Kemenag, dan juga bisa menjawab keraguan dari masyarakat apakah di bulan puasa khususnya saat puasa vaksin boleh atau tidak, jadi dijawab langsung oleh PBNU bukan saya langsung yang menjawab," ujar Sigit.

Dalam kesempatan itu juga, Sigit melanjutkan bahwa kerja sama, soliditas, sinergitas semua pihak dan juga masyarakat dalam percepatan vaksinasi inilah yang membuat Indonesia menepati peringkat pertama pelaksanaan vaksinasi terbanyak di tingkat Asia Tenggara, sedangkan di dunia berada di peringkat 4 atau 5.

"Capaian ini tentunya berkat dukungan masyarakat di Indonesia," ujarnya.

Baca juga: Ketum PBNU ajak masyarakat agar tak ragu vaksinasi saat puasa

Baca juga: PBNU luncurkan program "1 Juta Vaksin Booster" di seluruh Indonesia

Untuk itu, lanjut Sigit, agar pelaksanaan mudik tahun ini berjalan nyaman dan sehat, maka masyarakat perlu melaksanakan vaksinasi booster dan menjaga protokol kesehatan. Sedangkan agar mudik nyaman, dapat melakukan perjalanan sebelum H-3 guna menghindari terjadinya kemacetan.

Pemerintah memprediksi 85 juta masyarakat seluruh Indonesia melakukan mudik tahun ini, di mana 23 juta di antaranya menggunakan kendaraan pribadi roda empat, dan 17 juta menggunakan sepeda motor. Kondisi ini di satu sisi memiliki kegembiraan, namun di sisi lain memiliki kekhawatiran.

Kekhawatiran itu adalah, peningkatan kasus COVID-19 setelah lebaran, serta kemacetan akibat tingginya jumlah kendaraan yang melakukan perjalan mudik, terutama tujuan ke wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Untuk mengantisipasi kekhawatiran tersebut, terutama kemacetan, Polri telah menyiapkan rekayasa lalu lintas seperti sistem satu arah (one way) dibarengi dengan ganjil genap di jalan tol, kemudian skema contra flow. Jadwal pengaturan lalu lintas telah disosialisasikan ke masyarakat.

Selain penerapan rekayasa lalu lintas ini, Sigit mengimbau masyarakat untuk melakukan persiapan jelang mudik agar tidak terjebak kemacetan, yakni melakukan mudik lebih awal, menghindari mudik di waktu puncak (H-3, H-2 dan H-1), lalu menggunakan jalur-jalur alternatif, jalan arteri seperti jalur selatan.

Sigit juga mendorong masyarakat menggunakan moda transportasi umum seperti kereta api. Berdasarkan hasil tinjauan di Stasiun Senen, Rabu kemarin, diperoleh informasi adanya penambahan jumlah kursi sebesar 20 ribu per hari oleh PT KAI.

"Jadi masih ada slot yang bisa ditambahkan 20 ribu per hari, jadi ini juga bisa menjadi salah satu pilihan sehingga masyarakat bisa nyaman pada saat mudik, motornya juga bisa dibawa dengan kereta api, atau bisa juga dengan menggunakan jalur-jalur alternatif yang ada, baik di Pantura ataupun di jalur-jalur alternatif yang disiapkan di dalam kota sehingga kemacetan bisa kita bedah," tutur Sigit.

Acara vaksinasi bertajuk "Ayo Sukseskan 1 juta vaksin booster kerja sama PBNU, Polri dan Kemenag" juga dihadiri oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022