Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah Adhityani Putri mengatakan jelang Hari Bumi perlu dilakukan transformasi sistem yang ada, salah satunya dengan mendorong transisi energi dan peningkatan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).Indonesia bisa tetapkan sebagai target harus jauh lebih ambisius
Dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Kamis, Adhityani mengatakan jelang peringatan Hari Bumi pada 22 April semua pihak perlu menyadari bahwa bumi sedang mengalami krisis iklim yang pelan-pelan bermanifestasi.
Untuk itu, diperlukan perubahan sistem untuk mendorong transformasi besar-besaran dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, katanya.
"Harusnya yang dilakukan adalah perubahan sistem, transformasi besar-besaran terutama kalau kita bicara konteksnya ekonomi dan transisi energi, yang merupakan salah satu pilar dari sistem perekonomian. Ini momen untuk benar-benar melakukan transformasi," katanya.
Baca juga: KLHK: RI akan tingkatkan target pengurangan emisi dalam NDC
Baca juga: Menteri LHK sebut masih banyak harus dieksplor terkait karbon biru
Salah satu bentuk transformasi itu adalah mendorong dana pemulihan usai pandemi untuk diarahkan ke investasi energi terbarukan, efisiensi energi dan elektrifikasi transportasi. Perlu diarahkan untuk menumbuhkan pekerjaan-pekerjaan baru ke sektor berkelanjutan tersebut, ujarnya.
Merujuk kepada minat kendaraan pribadi yang meningkat saat pandemi, dia menyebut hal itu menjadi momentum untuk mengarahkan kepada elektrifikasi kendaraan bermotor dengan memberikan stimulus terhadap sektor tersebut.
Perubahan sistem itu dapat didorong dengan beberapa langkah, katanya. Salah satunya adalah penetapan target iklim yang lebih ambisius dan selaras dengan komitmen terhadap Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Indonesia.
"Masih banyak sekali Indonesia bisa tetapkan sebagai target, harus jauh lebih ambisius. Contohnya dari sisi pemotongan emisi gas rumah kaca," tuturnya.
Indonesia saat ini memiliki target pengurangan emisi GRK sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
Dia meyakini Indonesia dapat mencapai target iklim dari yang telah ditetapkan, bahkan sampai 50 persen pengurangan emisi GRK.
"Jadi kita mengharapkan melihat adanya penetapan target penurunan emisi gas rumah kaca yang lebih ambisius dan selaras dengan spirit Paris," tutur Adhityani, yang bersama Indonesia Cerah bekerja untuk mendorong transisi energi di Indonesia.
Adhityani juga mendorong untuk tidak meneruskan penambahan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha penurunan emisi GRK, seperti penambahan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di sektor energi.
Baca juga: Bicara Udara: Pembakaran sampah pengaruhi kualitas udara
Baca juga: WHO serukan perlindungan sistem ekologi dan kesehatan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022