Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis, Yudo Dwinanda mengatakan bahwa pemerintah mendorong penguatan sistem energi global yang lebih bersih dan transisi yang berkeadilan dalam pemulihan berkelanjutan melalui G20.
"Jadi kita ingin transisi (energi) ini berkeadilan. Dalam pergeseran paradigma menuju energi baru terbarukan, jangan sampai ada negara yang tertinggal, yang akhirnya terdampak secara sosial dan ekonomi," kata Yudo dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Indonesia dorong transisi energi secara komprehensif
Yudo menjelaskan, setiap negara diharapkan memiliki akses pada energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan, dan modern secara universal.
Kedua, Indonesia juga mendorong peningkatan ragam pemakaian teknologi serta mengantisipasi tantangan transisi energi ke depan, termasuk peningkatan permintaan penyimpanan energi, sistem energi rendah emisi, pengembangan industri bersih, transfer teknologi, hingga integrasi energi terbarukan.
Yang ketiga, mencarikan solusi terkait pendanaan dan investasi. Hal tersebut akan dilakukan melalui ekosistem pendanaan hijau guna mengatasi disparitas pendanaan di seluruh negara.
"Dari tiga isu ini diharapkan menghasilkan langkah yang lebih konkret guna memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan. Dan ini sudah diterima secara aklamasi dalam pertemuan G20," ujarnya.
Baca juga: Luhut harap komitmen kurangi energi fosil jadikan RI tujuan investasi
Dalam kesempatan yang sama, Founder of Society of Renewable Energy, Zagy Berian mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia dapat mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060 dengan meningkatkan kapabilitas energi baru terbarukan.
"Ketika kita ingin mencapai net zero emission, maka harus bertransformasi secara keseluruhan dalam ekosistem," kata Zagy.
Zagy menyampaikan, generasi muda memiliki peran besar untuk mendukung transisi energi menuju energi yang berkelanjutan.
Menurut dia, generasi muda saat ini mulai sadar terhadap perlunya transisi energi dari energi kotor menjadi energi bersih demi kelangsungan hidup di masa depan.
Namun demikian, Ia menilai diperlukan akses terhadap pengetahuan terkait isu-isu lingkungan dan transisi energi.
"Mereka sudah aware tetapi butuh pelopor dari rekan-rekan sejawat. Kemudian juga belum banyak mengenal institusi energi yang ada di Indonesia, serta hambatan lainnya," ujarnya.
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022