• Beranda
  • Berita
  • Aksi borong kebutuhan pokok di Beijing tak dapat dihindari

Aksi borong kebutuhan pokok di Beijing tak dapat dihindari

26 April 2022 10:11 WIB
Aksi borong kebutuhan pokok di Beijing tak dapat dihindari
Sejumlah warga melakukan aksi borong bahan makanan pokok di salah satu pusat perbelanjaan di Distrik Chaoyang, Kota Beijing, China, Senin (25/4/2022), setelah otoritas setempat memperingatkan pembatasan aktivitas masyarakat menyusul ditemukannya 41 kasus positif COVID-19 dalam dua hari terakhir. Aksi borong itu dipicu oleh kekhawatiran warga Beijing akan diterapkannya penguncian wilayah (lockdown) seperti yang sedang berlangsung di Kota Shanghai. ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/aa.

Pelacakan virus pada klaster terakhir ini identik dengan infeksi yang terjadi di luar Beijing

Aksi borong bahan-bahan kebutuhan pokok di Beijing tidak dapat dihindari meskipun otoritas di Ibu Kota China itu menjamin ketersediaan dan menindak pelaku penimbunan selama protokol kesehatan antipademi COVID-19 mulai ditegakkan lagi.

Warga Beijing berbondong-bondong mendatangi pasar, toko swalayan, dan pusat perbelanjaan untuk melakukan aksi borong sebagai persiapan menghadapi situasi terburuk setelah ditemukan banyak kasus positif COVID-19 yang mengharuskan otoritas setempat membatasi pergerakan masyarakat.

"Saya sudah siapkan bahan makanan pokok, terutama telur, untuk beberapa hari ke depan," kata seorang warga negara Indonesia kepada ANTARA di Beijing, Selasa.

Ia dan beberapa WNI lainnya sampai rela dua hari berturut-turut ikut mengantre di pusat perbelanjaan di sekitar tempat tinggalnya.

Baca juga: Kematian COVID di Shanghai jadi 87, kasus positif di Beijing bertambah
"Mi instan, sayur-mayur, dan buah-buahan sudah mulai menghilang di pasaran," kata seorang WNI lainnya yang tinggal di Distrik Chaoyang dihubungi pada Senin (25/4).

Meskipun mulai langka, tidak ada kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.

Sebagian warga ada juga yang memanfaatkan jasa pesan-antar makanan atau bahan kebutuhan pokok walaupun dengan harga agak mahal.

Sementara itu, beberapa kawasan permukiman di Distrik Chaoyang dan Distrik Shunyi ditutup total.

Mengularnya antrean tes PCR juga terlihat sejak Minggu (24/4) di beberapa kompleks permukiman.

Bagi warga yang malas mengantre, bisa mendatangi lapak-lapak tes PCR secara mandiri dengan biaya sendiri sebesar 25 yuan (Rp55 ribu) atau turun dibandingkan sebelumnya yang 35 yuan (Rp77 ribu).

Sejak Jumat (22/4) hingga Senin (25/4) di Kota Beijing terdapat 70 kasus positif COVID-19.

Otoritas kesehatan setempat melakukan tindakan cepat tanggap agar wabah gelombang terkini itu tidak meluas.

"Pelacakan virus pada klaster terakhir ini identik dengan infeksi yang terjadi di luar Beijing," kata Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kota Beijing, Pang Xinghuo, kepada pers.

Sepuluh kasus pertama ditemukan di salah satu sekolahan di Distrik Chaoyang pada Jumat (22/4).

Sejak saat itu, otoritas mengerahkan semua kekuatan untuk mencegah meluasnya wabah. 

Baca juga: Shanghai perkuat kapasitas pengobatan untuk penyakit COVID-19 parah
Baca juga: Pakar: Pendekatan nol COVID dinamis China targetkan wabah, bukan kasus infeksi

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022