Dolar bertahan di dekat tertinggi dua tahun di sesi Asia pada Selasa sore, karena kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari penguncian COVID-19 China mengangkat daya tarik safe-haven greenback dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang agresif menjaga imbal hasil obligasi tinggi.Kenaikan lebih lanjut (indeks dolar) tetap merupakan taruhan yang bagus. Risiko pertumbuhan China meningkat karena pihak berwenang mengejar operasi pemberantasan COVID secara agresif...
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melemah 0,13 persen pada 101,59 setelah mencapai puncak dua tahun di 101,86 semalam.
Indeks dolar telah melonjak 3,3 persen sejauh bulan ini, yang akan menjadi bulan dengan kenaikan terbesar sejak November 2015.
"Kenaikan lebih lanjut (indeks dolar) tetap merupakan taruhan yang bagus. Risiko pertumbuhan China meningkat karena pihak berwenang mengejar operasi pemberantasan COVID secara agresif, kondisi di sekitar Ukraina tetap bergejolak dan 'Fed-speak' tetap hawkish seperti biasa," kata analis di Westpac dalam sebuah catatan.
Pusat keuangan China di Shanghai sekarang telah dikunci ketat untuk memerangi COVID selama sekitar satu bulan, sementara Beijing semalam meningkatkan rencana untuk pengujian massal 20 juta orang dan memicu kekhawatiran tentang penguncian berikutnya.
Baca juga: Bank of China terbitkan obligasi hijau luar negeri setara 2,05 miliar dolar AS
Komentar hawkish oleh berbagai pembuat kebijakan bank sentral pekan lalu juga meningkatkan prospek kenaikan suku bunga yang agresif. Yang paling signifikan dari ini datang dari Federal Reserve (Fed) AS, yang diperkirakan pasar akan menaikkan suku bunga setengah poin pada masing-masing dari dua pertemuan berikutnya.
Yuan China di luar negeri sedikit lebih tinggi pada 6,5572 per dolar setelah Bank Sentral China (PBoC) mengatakan pada Senin (25/4/2022) malam akan memotong jumlah devisa bank yang harus disimpan sebagai cadangan.
Itu membantu mata uang pulih dari level terendah setahun di 6,609 per dolar pada Senin (25/4/2022), tertekan oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi China.
Pasar ekuitas dan imbal hasil obligasi AS juga naik tipis pada Selasa di tengah peningkatan sentimen risiko secara keseluruhan.
Euro berada di 1,0727 dolar, naik 0,14 persen dan turun dari level terendah dua tahun di 1,0697 dolar yang dicapai pada Senin (25/4/2022), ketika ketegangan pasar mengimbangi optimisme dari terpilihnya kembali Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Baca juga: Dolar AS sentuh puncak baru 2 tahun, dipicu prospek kenaikan bunga Fed
Pound berada di 1,2744 dolar, naik 0,18 persen, setelah mencapai level terendah sejak September 2020 semalam. Data pasar berjangka AS menunjukkan dana-dana telah mengumpulkan taruhan terbesar mereka terhadap pound sejak Oktober 2019, taruhan sekarang bernilai hampir 5 miliar dolar AS.
Dolar Australia rebound 0,6 persen dari level terendah dua bulan semalam, yang terpukul setelah penguncian China membebani harga-harga komoditas.
Dolar sedikit berubah terhadap yen, di 128,16. Mata uang Jepang telah berhasil sedikit pulih minggu ini dari terendah 20-tahun minggu lalu di 129,40.
Bitcoin sedikit lebih kuat di 40.600 dolar AS dan ether di 3.000 dolar AS.
Para peneliti di penyedia likuiditas kripto B2C2 mengatakan perdagangan pasar kripto saat ini berkorelasi erat dengan pasar ekuitas, tanpa adanya tema terkait kripto yang kuat.
Baca juga: Rupiah menguat, ditopang penurunan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Yuan China anjlok 681 basis poin menjadi 6,5590 terhadap dolar AS
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022