Menurutnya, hal pertama yang penting untuk dilakukan terlebih dahulu adalah riset pasat (market research) sehingga pebisnis dapat mengetahui target pasar makanan dan minuman yang hendak dicapai di satu lokasi tertentu.
"Misal lokasi di Depok. Mungkin dengan harga makanan yang kita punya sekarang, tapi di Depok juga ada dan kebanyakan lebih murah. Kami sekarang punya data customer yang paling banyak dari mana, misalnya dari Bekasi, kami belum ada cabang di sana tapi market kami di situ sudah ada, jadi mungkin cabang selanjutnya di Bekasi," kata Tiwu dalam webinar yang digelar Food Market Hub pada Selasa.
Riset pasar juga dapat bermanfaat untuk menentukan menu makanan dan minuman yang hendak dijual kepada calon konsumen. Tiwu menyarankan agar pebisnis memposisikan diri sebagai konsumen jika menghadirkan suatu menu, apakah akan membeli produk tersebut secara berulang.
Baca juga: Tips jalankan bisnis kuliner ala Chef Degan Septoadji
Dalam menentukan menu, Tiwu mengatakan pebisnis dapat merancang dua jenis menu, yaitu menu mainstream yang disukai semua jenis konsumen serta menu otentik atau signature yang telah termasuk dalam target pasar khusus.
Menu signature suatu bisnis F&B berpotensi menjadi menu utama yang dapat dijagokan oleh penjual untuk ditawarkan kepada konsumen. Sebagai contoh, Dapur MTW memiliki menu signature mesere ayam atau ayam suir Bali yang kemudian signature tersebut berkembang menjadi mesere lidah sapi.
"Waktu itu aku pernah melihat ada bisnis yang memakai nama mesere ayam, berarti 80 persen kemungkinannya mengikuti Dapur MTW. Jadi itu sudah jadi signature kami," ujarnya.
Setelah pilihan menu ditetapkan, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuat inovasi menu yang dihadirkan pada waktu tertentu saja atau setidaknya dihadirkan sekali hingga dua kali dalam satu tahun.
Inovasi juga bisa dilakukan dengan tujuan beradaptasi dengan kondisi yang tengah terjadi. Sebagai contoh, saat pandemi mulai berlangsung, Dapur MTW pada akhirnya membuat inovasi makanan beku (frozen food). Inovasi tersebut, kata Tiwu, mampu mendongkrak penjualan tiga kali lipat di tengah pandemi dan bertepatan dengan momen Ramadhan.
"Waktunya juga tepat, saat itu Ramadhan, jadi orang nyari banget makanan yang tetap bisa disiapkan dengan mudah saat sahur dan berbuka, harga terjangkau, pengiriman mudah. Itu frozen food," katanya.
Selain itu, menurut Tiwu, kolaborasi menu dengan jenama lain juga menjadi poin penting terutama sebagai strategi bertahan di tengah pandemi.
Selanjutnya, kiat lain yang perlu dilakukan termasuk merancang pemasaran atau promosi dengan memaksimalkan pemanfaatan media sosial, namun harus dilakukan secara konstan sehingga calon pelanggan dapat dengan mudah mengingat jenama.
"Promosi selain media sosial, kita bisa gunakan adds seperti adds di Instagram atau Google, itu sangat berpengaruh. Setelah itu, bikin promo. Promo itu sangat penting, misalnya bikin Rp100ribu sudah full kenyang dan porsi berdua," kata Tiwu.
Baca juga: Cerita Tiwu Rayie kelola stok bahan baku restoran Dapur MTW
Baca juga: Belajar mengenal profil daging bersama Chef Degan Septoadji
Baca juga: Kiat memilih pemasok untuk bisnis kuliner
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022