• Beranda
  • Berita
  • Pasar tradisional juga bisa kurangi penggunaan plastik sekali pakai

Pasar tradisional juga bisa kurangi penggunaan plastik sekali pakai

26 April 2022 18:53 WIB
Pasar tradisional juga bisa kurangi penggunaan plastik sekali pakai
Empat pasar di Bandung dan Banjarmasin rampungkan program uji coba pasar percontohan bebas plastik oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) yang dimulai pada Februari 2021. (ANTARA/HO)
Berdasarkan uji coba pasar percontohan bebas plastik yang dimulai pada Februari 2021, Pasar Kosambi dan Cihapit di Bandung ternyata mampu mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai sebanyak 11 persen dan 19 persen.

Penurunan penggunaan plastik sekali pakai juga terjadi di Pasar Pekauman dan Pandu di Banjarmasin yang mencapai 18 persen dan 27 persen.

Uji coba Pasar Bebas Plastik merupakan kolaborasi Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dan pemerintah kota setempat, yang mendukung Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Kepala Sub Direktorat Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian LHK Ujang Solihin Sodik mengatakan, uji coba Pasar Bebas Plastik di Bandung dan Banjarmasin berhasil mematahkan stigma bahwa pembeli dan pedagang pasar tradisional masih sulit melepas ketergantungan pada plastik sekali pakai.

"Saya harap hasil positif dari program ini menginspirasi pasar tradisional lain untuk segera membebaskan diri dari plastik dan menyukseskan Indonesia Bersih Sampah 2025,” kata Ujang, dikutip dari siaran pers pada Selasa.

Sebagai informasi, program uji coba Pasar Bebas Plastik secara spesifik menyasar pasar tradisional atau pasar rakyat.

Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh GIDKP, pasar rakyat merupakan salah satu sumber penghasil sampah plastik terbesar di Indonesia. Sebanyak 416 juta lembar kantong plastik dalam satu tahun dihasilkan oleh pasar rakyat atau sekitar 45 persen dari keseluruhan sumber kantong plastik.

Menurut Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira, hal tersebut disebabkan pasar tradisional dihuni oleh ratusan atau bahkan ribuan pedagang sektor informal. Kiosnya pun milik perorangan. Sistem inventorinya juga tidak tersentralisasi akibatnya pembeli masih dapat meminta penggunaan plastik rangkap.

"Strategi yang kami lakukan adalah mendekati pedagang agar perubahan perilaku yang diprakarsai pedagang dapat menekan pemberian kantong plastik," ujar Tiza.

Ke depannya, Tiza mengatakan perlunya dukungan lebih untuk memastikan keberlanjutan pencapaian di keempat pasar tersebut.

"Uji coba ini telah membuktikan bahwa mengurangi sampah plastik di pasar tradisional itu sangat mungkin terjadi. Pekerjaan rumah kita masih banyak karena di Indonesia terdapat lebih dari 16.000 unit pasar tradisional. Dengan dukungan, regulasi dan pengawasan yang baik, mari kita bersama mewujudkan Pasar Bebas Plastik,” pungkas Tiza.

Baca juga: Kurangi sampah, membagi kantong non-plastik digelar di pasar Surabaya

Baca juga: UNDP: Perempuan miliki peran penting dalam pengelolaan lingkungan

Baca juga: Peneliti peringatkan polusi plastik di Arktik "mengkhawatirkan"

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022