"Ini merupakan jumlah yang termasuk tinggi, karena tahun ini jumlah kasus DBD di Riau juga sangat tinggi mencapai 1.270 kasus, ini diakibatkan karena kondisi musim hujan yang melanda Provinsi Riau beberapa bulan terakhir," kata Andra Syafril.
Ia katakan kondisi saat ini, ada lima daerah Kabupaten di Provinsi tersebut yang berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Daerah tersebut yakni Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hilir, Rokan hilir, Kuantan sengingi dan Kampar, kita sudah turun kelapangan untuk melihat langsung kejadian KLB ini dan kita juga berikan tindakan langsung kepada masyarakat dengan mengajak mesyarakat untuk hidup bersih," ujar Andra.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau jumlah kasus Demam Berdarah dengue terbesar ditemukan pada bulan Oktober silam, yakni dengan jumlah kasus mencapai 679 kasus di Riau.
"Ini diakibatkan pada bulan Oktober kemaren musim penghujan melanda seluruh daerah Riau, dan pada saat itulah perkembangan jentik-jentik nyamuk Aides Aygefti berkembang pesat," ujarnya.
Selain itu, masih minimnya kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya hidup bersih dalam menghindari penyakit DBD, sehingga saat ini angka kematian akibat DBD masih tinggi.
"Kita selalu memberikan himbauan dan penyuluhan melalui anggota kita dilapangan baik itu dari tim `Jumantik` Puskesmas dan beberapa SDM kita dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota di Riau, namun yang menjadi persoalan, masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat bagaimana menjaga lingkungannya," ucapnya.
Ia juga berharap agar jumlah angka kematian yang disebabkan Demam Berdarah Dengue di Riau tidak bertambah lagi, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bergotong royong dan melalui cara `3 M Plus`.
"Sebenarnya itu yang sangat penting, Menguras, membersihkan, dan mengubur, serta memakai obat anti nyamuk seperti anti nyamuk bakar dan Lotion, dengan membudidayakan hidup seperti ini, saya yakin meskipun musim hujan, kita akan terhindar dari penyakit DBD," ujar Andra Syafril.
(ANT/289)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011