Dia menilai lembaga survei itu tidak bisa menjelaskan mengapa hasil surveinya selalu jauh berbeda dari perolehan suara PAN di tiap pemilihan umum (pemilu).
"Katanya, pakai metode yang sudah teruji, tapi hasilnya tidak benar. Ini yang salah yang mana? Metodologinya atau apa?" tanyanya.
Selain itu, menurut dia, PAN selama ini jarang melakukan survei yang diekspos ke publik. Namun anehnya, tambahnya, hasil survei itu "pesanan" orang lain, namun hasilnya diumumkan ke publik.
Baca juga: PAN ikuti arahan Presiden hentikan wacana penundaan pemilu
"Nah, di survei (Indikator Politik) itu, PAN dipatok di angka yang sangat jauh dari hasil-hasil pemilu sebelumnya. Kalau ditanya, mengapa hasilnya jauh dari kenyataan? Jawabannya bahwa hasil survei dinamis, ada margin error, ditentukan oleh undecided voters, dan tergantung kinerja caleg," katanya.
Dia menilai jika jawabannya seperti itu, lalu mengapa perlu ada survei karena hasilnya banyak yang melenceng.
Meski demikian, dia mengatakan PAN sebagai partai politik tetap akan menjadikan hasil survei sebagai referensi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kinerja seluruh anggota.
Sebelumnya, Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya, yang salah satunya menyebutkan bahwa PAN memperoleh 1,1 persen. Hasil survei tersebut juga menyebutkan perolehan suara PAN berada di bawah Partai Perindo yang mendapat 2,1 persen.
Baca juga: Survei Indikator: Parpol harus berbenah demi tingkatkan kepercayaan
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022