Pameran menghadirkan beragam benda mulai dari karikatur bernada anti-Semit dari abad ke-19 hingga layar yang menampilkan disinformasi pandemi COVID-19. Nama Rothschild terus menarik penganut konspirasi hingga saat ini, terutama rumor di media sosial yang mengaitkan Rothschild sebagai elit yang meraup keuntungan dari virus.
"Kami sering mendengar nama George Soros atau Bill Gates, orang Yahudi atau non-Yahudi yang bertanggung jawab atas segalanya. Dan nama Rothschild terus muncul, meski tidak ada nama spesifik Rothschild," kata kurator pameran Tom Juncker kepada AFP, dikutip Jumat.
Kurator pameran lainnya, Gabriele Kohlbauer-Fritz, mengatakan keluarga Rothschild telah memberikan kontribusi ke Eropa berkat manajemen bank yang modern. Saat Kekaisaran Austro-Hungaria mengalami kesulitan keuangan, kehadiran Salomon Rothschild menjadi sangat diperlukan bagi monarki.
Baca juga: Museum Perjuangan Jambi hadirkan "Uang dalam Perjalanan Sejarah"
Selanjutnya, banyak pembangunan di Wina yang dibangun keluarga Rothschild, mulai dari Bank Credit-Anstalt, rumah sakit canggih, yayasan besar, istana mewah, stasiun kereta api, hingga taman.
Namun bangunan tersebut banyak yang hancur saat Adolf Hitler menguasai Austria. Mengingat hal itu, Kohlbauer-Fritz mengaku pihaknya kesulitan mencari sejumlah benda peninggalan yang terlupakan untuk dihadirkan dalam pameran.
Juncker mengatakan kesuksesan keluarga Rothschild yang mendirikan bank pada 1800-an di seluruh Eropa telah menarik perhatian dan komentar publik.
Ia menjelaskan bahwa kartun dan karikatur yang menggambarkan keluarga Rothschild menjadi semakin banyak setelah kebijakan sensor dihapuskan di Kekaisaran Habsburg pada 1848. Sejak itu, dugaan konspirasi Yahudi di seluruh dunia berkembang dan berlanjut hingga hari ini.
Baca juga: Komunitas KAHE gelar pameran seni "Re-Imagine Bikon Blewut"
Salah satu dari banyak barang yang dipamerkan adalah litografi yang berasal dari abad ke-19, menggambarkan Mayer Amschel Rothschild dengan rupa berat badan berlebih dan hidung bengkok.
"Keluarga Rothschild telah dijadikan biang keladi masalah tertentu yang terjadi dari sistem, alih-alih menghubungkannya dengan kapitalisme," kata Juncker.
Setelah tahun 1945 atau setelah tragedi genosida Holocaust, nama Rothschild menjadi "kode" untuk menyalahkan kekuasaan para elit mengingat sikap anti-Semit secara terbuka telah dianggap sebagai kejahatan.
"Setelah Shoah, kebencian terbuka terhadap orang Yahudi adalah hal yang tabu. Jadi, ekstremis sayap kanan dan anti-Semit lainnya mulai menemukan kata-kata sandi untuk dugaan konspirasi orang-orang Yahudi," kata Forum Yahudi untuk Demokrasi dan Anti-Semitisme.
Selain karikatur, pameran di Wina ini juga menghadirkan layar besar yang menampilkan unggahan media sosial, menunjukkan bagaimana konspirasi mengenai mengenai Rothschild masih berlanjut hingga hari ini terutama dalam konteks pandemi COVID-19. Pameran "The Vienna Rothschilds, A Thriller" berlangsung hingga 5 Juni.
Baca juga: Pemprov Babel apresiasi pameran sejarah "goes to mall"
Baca juga: Pameran koran langka Seratoes-248 Kalbar kenalkan sejarah
Baca juga: Museum Siwalima tampilkan pameran temporer sejarah perjuangan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022