“Perbedaan yang ada di Indonesia merupakan realita dan kemajemukan bangsa ini telah diketahui bersama. Oleh karena itu, untuk menjaga kohesivitas (rasa keterikatan) sosial dalam masyarakat, kita harus menghindari narasi-narasi agama yang mengandung kebencian dan bisa menimbulkan disintegrasi sosial,” kata Boy saat menjadi narasumber dalam Podcast Kafe Toleransi Spesial Ramadhan bertajuk “Bahaya Politisasi Agama untuk Kekuasaan”, sebagaimana dipantau dari kanal YouTube Humas BNPT, di Jakarta, Sabtu.
Sebaliknya, lanjut dia, masyarakat bisa mendengarkan narasi-narasi agama yang mampu mendorong kemunculan perasaan cinta dan kasih antar sesama anak bangsa, keinginan untuk saling menolong, serta semangat bergotong royong, baik yang disampaikan oleh pemuka agama secara langsung maupun di media sosial.
Baca juga: Mahfud ajak semua atasi penyebaran ujaran kebencian di ruang digital
Menurut Boy, narasi-narasi tersebut akan membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia, terutama dalam menggalang kekuatan untuk membantu masyarakat yang memang memerlukan bantuan, seperti kaum dhuafa.
“Melalui narasi agama yang seperti itu, masyarakat akan terdorong untuk saling menolong. Contohnya, bagaimana kita membantu kaum dhuafa. Tentunya, mereka yang merasa kuat dan mempunyai kelebihan akan menggalang kekuatan untuk membantu saudara-saudara yang memerlukan bantuan. Itulah solidaritas sosial, terutama di bulan suci Ramadhan,” ujar dia.
Dengan demikian, Boy pun berharap narasi-narasi agama yang mampu menimbulkan perasaan cinta dan kasih antarsesama anak bangsa, keinginan untuk saling menolong, serta semangat bergotong royong, senantiasa mewarnai dunia dakwah di Tanah Air, terutama di bulan suci Ramadhan.
Baca juga: Kemenag: Moderasi beragama untuk bendung ekstremisme dan radikalisme
Selanjutnya, hal senada disampaikan pula oleh narasumber lainnya, yakni pendakwah KH Agus Dermawan.
Ia mengatakan, sebagaimana firman Allah SWT. dalam Surat An-Nahl ayat 125, dakwah yang benar adalah dakwah yang mendorong kemunculan berbagai hal baik dan dilakukan secara bijaksana sehingga tidak menyakiti hati sesama manusia.
“Allah mengatakan, ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan jalan hikmah dan bijaksana, serta berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Jadi kalau, hikmah dan bijaksana itu, saling bertoleransi. Lalu apabila ada perdebatan, diselesaikan dengan cara yang baik,” kata KH Agus
Baca juga: Perlu kolaborasi untuk tangani narasi negatif dan konten ekstrimisme
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022